SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Pandji Pragiwaksono dikenal sebagai komika yang beberapa kali terlibat dalam aktivitas politik. Jika pada Pilpres 2014 dan Pilkada DKI Jakarta 2017 dirinya aktif mendukung pasangan calon tertentu, kali ini dia mengambil sikap politik berbeda.

Pada Pilpres 2014, Pandji diketahui sebagai anggota Tim Sukses Jokowi – Jusuf Kalla. Lalu di Pilkada DKI 2016 dia menjadi Tim Sukses Anies Baswedan – Sandiaga Uno. Tapi dalam dua vlog yang dirilis bulan lalu, Pandji justru menyatakan “Tak Ada Alasan Milih Prabowo” dan “Males Pilih Jokowi”.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tak hanya melalui vlog, sikap politik Pandji juga disampaikan saat dirinya dihadirkan dalam sebuah perbincangan tentang fenomena golput menjelang Pemilu 2019 di sebuah stasiun TV nasional. Oleh sebagian orang sikap tersebut lantas ditafsirkan sebagai bentuk kampanye Golput. Benarkah?

“Padahal poinnya cuma mau membela hak orang yang ingin golput maupun yang belum memutuskan untuk memilih. Jangan mereka malah dituding sebagai pengecut,” kata Pandji kepada Detik.com, Jumat (5/4/2019).

Dia memastikan dirinya akan menggunakan hak suaranya untuk memilih satu dari dua kandidat pasangan calon presiden yang ada. Hanya saja, sejauh ini dia masih mempertimbangkan betul figur mana yang akan dipilihnya.

Komika kelahiran Singapura, 18 Juni 1979, itu menilai sosok Prabowo masih dibebani persoalan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) masa lalu. Juga belum teruji dalam kepemimpinan di lembaga sipil. Sejumlah tokoh dengan reputasi baik yang belakangan bergabung seperti Sudirman Said, Bambang Widjojanto, Said Didu, dan Rizal Ramli nyatanya cuma dijadikan sebagai juru bicara.

“Mana konsep pemberantasan korupsinya? Mana konsep kebijakan ekonomi yang substansial, bukan cuma ngomong sebatas tempe setipis ATM untuk mendapatkan simpati publik,” kata Pandji.

Sebaliknya di pihak Jokowi, dia tak melihat ada hal baru yang ditawarkan seperti pada 2014. Khusus dalam penyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM, lulusan Seni rupa dan Desain ITB ini justru menilai Jokowi seperti mengabaikannya. Ia mencontohkan kasus Munir dan penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan.

Belum lagi belakangan mantan Wali Kota Solo itu membiarkan figur-figur dengan reputasi buruk justru berada di lingkarannya. “Itu tidak setia dengan branding awalnya bahwa Pak Jokowi sebagai Orang Baik,” ujar Pandji.

Terlepas dari semua itu, dia mengakui sejumlah kebijakan Jokowi lewat Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) banyak berpihak kepada pekerja seni seperti dirinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya