SOLOPOS.COM - Pandi, 71, petani asal Mlale, Jenar, Sragen, menunjukkan lahan padinya yang siap panen dengan menggunakan pola tanam empat musim di persawahan Dukuh/Desa Mlale, Jenar, Sragen, Senin (10/1/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Seorang petani asal Dukuh Male, Desa Male, Kecamatan Jenar, Sragen, Pandi, 71, menjadi pelopor pola tanam padi empat kali setahun, pola yang kini ditiru Kementerian Pertanian (Kementan) dan diberi nama IP400. IP400 kependekan dari Indeks Pertanaman Padi 400.

Pandi masih konsisten menerapkan pola tanam ini. Ia menggunakan dua jenis bibit padi dengan umur yang relatif pendek, yakni bibit padi IR-64 dengan umur 85 hari dan Inpari 32 dengan umur 90 hari.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dua jenis bibit padi itu ditanam secara berseling setiap musimnya. Misalnya, saat musim tanam pertama pakai Inpari 32 maka pada musim tanam kedua menggunakan bibit IR-64.

Baca Juga: Ini Petani Sragen Pelopor Pola Tanam 4 Kali Setahun, Ditiru Kementan

Pola tanam empat musim dalam setahun itu dianggap Pandi sangat menguntungkan petani dan bisa meningkatkan kesejahteraan petani. Ini karena hasilnya lebih banyak secara kuantitas bila dibandingkan pola tanam tiga musim dalam setahun.

Pandi mengaku setiap satu patok lahan tanaman padinya bisa menghasilkan 2,5-3 ton per panen. Selain itu, Pandi melihat potensi harga jualnya pun relatif tinggi karena di luar panen raya.

“Di Jenar ini praktis bisa jalan dengan pola empat musim dalam setahun itu karena ketersediaan air cukup, pupuk ada. Hanya satu kendalanya, yakni masalah pengendalian hama. Jenis hama yang menyerang yang membikin petani resah itu hama wereng dan virus. Saat ada serangan wereng maka hasil panen bisa anjlok sampai 50%,” ujarnya.

Baca Juga: Target Swasembada Beras, Kementan Canangkan Setahun 4 Kali Tanam Padi

Kini, para petani di enam kelompok tani di Desa Mlale sudah serentak mencoba tanam empat musim mulai 2020. Pandi menyampaikan kesejahteraan petani meningkat 3%-4%. Dia optimistis bila pengendalian hama itu bisa dilakukan dengan baik maka kesejahteraan petani lebih signifikan meningkatnya.

Seorang petani Mlale lainnya, Paryono, mengaku sudah mencoba pola tanam empat musim selama dua tahun, yakni 2019-2020. Paryono kembali ke pola tanam tiga musim mulai 2021 karena serangan hama wereng yang sulit dikendalikan.

“Saat serangan hama wereng itu, tanaman padi sepatuk hanya membawa pulang dua kuintal saja,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya