SOLOPOS.COM - ilustrasi belanja online. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Meski kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia telah jauh melanda, namun tren konsumen berbelanja online masih terus meninggi dan jalan terus. Dua tahun terakhir, tren belanja online jauh meningkat dibanding sebelumnya yang dipicu pembatasan mobilitas masyarakat.

Setelah kasus melandai, pemerintah mulai melonggarkan mobilitas seiring tingginya cakupan vaksin. Namun, masyarakat rupanya sudah terbiasa berbelanja online dan enggan menanggalkan aktivitas itu. Salah satunya, Lestari, 32, pekerja swasta asal Kelurahan/Kecamatan Banjarsari, Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia bisa berbelanja 2-3 kali dalam sepekan senilai maksimal Rp300.000. Barang yang dibeli di antaranya pakaian, produk perawatan badan, dan makanan. Lestari memilih berbelanja online karena bisa lebih fokus memilih produk yang dibutuhkan. 

“Kalau di supermarket, nanti malah beli sesuatu yang tidak dibutuhkan, hanya karena dipajang,” kata dia, berbincang dengan Solopos, Kamis (22/9/2022). Lestari juga mengaku berbelanja online lebih murah. Ia bisa berburu voucher diskon atau cashback yang tentu saja mengurangi harga produk yang dibelinya.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Satria Piningit & Mitos Presiden RI Harus dari Jawa

Hal senada disampaikan Wijayanti, 37, ibu dua anak asal Desa Gentan, Kecamatan Baki, Sukoharjo. “Berbelanja online lebih murah daripada langsung ke toko. Tapi saya belanja online untuk produk yang sifatnya enggak segera dipakai alais buat stok, sama beberapa barang yang enggak ada di toko offline,” kata dia, Kamis.

Wijayanti menyebut frekuensi belanjanya tidak setiap hari, tapi sebulan sekali atau dua pekan sekali, menunggu gratis ongkos kirim. “Biasanya yang rutin belanja online itu pakan kucing wetfood. Selisih harganya lumayan dibandingkan di toko offline,” ucapnya.

Ihwal belanja makanan matang online, Wijayanti mengaku lebih sering. Hal itu dilakukan saat sedang malas masak atau tidak sempat keluar untuk makan. “Lebih sering karena kebutuhan harian kan, makan ya. Kadang bisa menemukan jajanan yang jauh dari rumah, dan langsung diantar,” tutur Wijayanti.

Cerita Lestari dan Wijayanti sebagaimana tergambar dalam survei DataIndonesia.id yang digelar secara online pada 25 Agustus – 10 September 2022. Survei tersebut dilakukan terhadap 334 responden yang tersebar di 20 provinsi se-Indonesia dengan tingkat toleransi kesalahan (margin of error) sebesar 7 persen.

Ilustrasi belanja online agar tak tertipu saat (Parshreald.com)
Ilustrasi belanja online (Parshreald.com)

Frekuensi Tidak Berubah

Berdasarkan hasil survei DataIndonesia.id, mayoritas atau 43,2 persen responden menyatakan frekuensi belanja online mereka tidak berubah saat ini dibandingkan ketika kasus Covid-19 masih tinggi. Sebanyak 37,7 persen responden justru mengatakan semakin sering berbelanja online pada saat ini.  pesen.

Sementara, hanya 19,1 persen responden yang mengatakan semakin jarang berbelanja online.  Melihat data tersebut, Head of DataIndonesia.id Setyardi Widodo mengatakan, tren belanja online bakal terus berlangsung, meski tak ada lagi pandemi Covid-19. 

Menurutnya, cara belanja konsumen sulit untuk kembali ke masa sebelum pagebluk. “Saya kira (tren belanja online) tidak bisa balik lagi ke sebelum pandemi. Kelihatannya irreversible ya.” ujar Setyardi dalam diskusi virtual bertajuk Membaca Data Tren Konsumen 2022-2023 pada Rabu (21/9/2022), mengutip Dataindonesia.id. 

Meningkatnya frekuensi belanja online pun terlihat jika dibedah berdasarkan gendernya. Tercatat responden perempuan yang semakin sering berbelanja online mencapai 39,4 persen. Sementara, responden laki-laki yang semakin sering berbelanja online sebanyak 36 persen.  

Baca juga: Akonipuk, Mumi Ratusan Tahun dari Lembah Baliem Papua

Menurut generasinya, responden milenial yang semakin sering berbelanja online mencapai 44,1 persen. Persentase tersebut lebih tinggi dibandingkan generasi X dan Z yang masing-masing sebesar 34,5 persen dan 34,2 persen.

Ada sejumlah alasan mengapa konsumen di Indonesia masih kerap berbelanja online. Sebanyak 53,8 persen responden menilai belanja online menghemat waktu dan tenaga.  Kemudian, 25,1 persen responden merasa lebih mudah dalam membandingkan harga saat berbelanja online. 

Sebanyak 16,6 persen responden memilih belanja online karena barang yang dijual lebih beragam dibandingkan membeli barang di toko fisik.  Sebanyak 4 persen responden berbelanja online karena merasa metode pembayaran yang dilakukan lebih sederhana/mudah. Sedangkan, ada 0,5 persen responden yang memilih faktor lainnya.

Adapun, sebanyak 51,3 persen responden berbelanja online hingga 3 kali dalam sebulan. Sebanyak 34,7 persen responden berbelanja online selama 4-8 kali dalam sebulan.

Kemudian, sebanyak 8 persen responden berbelanja online sebanyak 9-12 kali dalam sebulan. Sedangkan, hanya 6 persen responden mengaku berbelanja online lebih dari 12 kali dalam sebulan. 

Ilustrasi belanja online.

Berdasarkan gendernya, responden perempuan lebih sering berbelanja online dibandingkan laki-laki. Ini terlihat dari persentase responden perempuan yang berbelanja online lebih dari empat kali dalam sebulan mencapai 52,6 persen. Sedangkan, hanya 45 persen responden laki-laki yang melakukan hal serupa. Menurut generasinya, intensitas belanja online milenial dalam sebulan menjadi yang paling tinggi dibandingkan Z dan X. 

Tercatat ada 60,3 persen responden milenial yang berbelanja online lebih dari empat kali dalam sebulan. Untuk generasi X, sebanyak 46,6 persen responden mengaku berbelanja online lebih dari empat kali dalam sebulan. Sedangkan, hanya 39,7 persen responden dari generasi Z yang berbelanja lebih dari empat kali dalam sebulan.

Barang Dibeli Berubah

Walau tren belanja online tetap sama bahkan cenderung meningkat, preferensi barang yang dibeli konsumen mulai berubah. Ketika kasus Covid-19 masih tinggi, produk kesehatan sempat menjadi incaran para konsumen. 



Pada saat ini, mayoritas atau 34,7 persen responden justru lebih banyak membeli produk fesyen dan aksesorisnya saat berbelanja online. Sebanyak 17,1 persen responden membeli produk perawatan tubuh dan kecantikan. 

Baca juga: Jurus Mendadak Artis ala Farel Prayoga & Tegar Septian

Kemudian, ada 14,6 persen responden yang berbelanja produk elektronik dan aksesorisnya secara online. Responden yang berbelanja peralatan rumah tangga serta makanan dan minuman masing-masing sebesar 10,6 persen dan 10,1 persen. 

Sebanyak 8 persen responden menyatakan berbelanja produk hobi dan koleksi secara online. Lalu, 2,5 pesen responden yang membeli produk otomotif dan properti saat berbelanja online. Ada pula 1,5 pesen responden yang membeli produk kredit dan voucher ketika berbelanja online. 

Sedangkan, hanya 1 persen responden yang berbelanja produk-produk kesehatan. “Kategori kesehatan ternyata paling bawah, berbeda ketika puncak pandemi Covid-19. Setelah sehat, orang-orang ternyata ingin terlihat lebih trendi,” kata Setyardi. 

Menurut gendernya, responden perempuan dan laki-laki sama-sama paling banyak berbelanja produk fesyen dan aksesoris secara online, masing-masing sebesar 38,4 persen dan 31 persen. Namun, produk yang dibeli laki-laki dan perempuan dalam berbelanja online berbeda di prioritas keduanya. 

produk dalam negeri
Pekerja menyiapkan barang untuk dikirim kepada konsumen di Warehouse Sociolla, Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (29/3/2022). Badan Pusat Statistik mencatat pada 2021 pertumbuhan sektor pergudangan naik sebesar 5,03%. Hal ini didorong kehadiran lokapasar yang meningkatkan belanja online. Pemerintah sedang memacu belanja produk dalam negeri untuk meningkatkan perekonomian nasional. (Antara/Fauzan)

Setelah fesyen dan aksesorisnya, 26,3 persen perempuan membeli produk perawatan tubuh dan kecantikan. Sedangkan, 25 persen responden laki-laki menyatakan membeli produk elektronik dan aksesoris.  

Lebih lanjut, seluruh generasi paling banyak membeli fesyen dan aksesoris. Namun setelahnya produk tersebut, generasi X lebih memilih membeli alat elektronik dan aksesorisnya dengan persentase sebesar 10 persen. Sebanyak 11 persen responden milenial membeli perawatan tubuh dan kecantikan setelah fesyen dan aksesorisnya. Begitu pula dengan generasi Z dengan persentase sebesar 15 persen.

 

Sebagian berita telah tayang di (Laporan) Tak Goyah Tren Belanja Online meski Pandemi Melandai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya