SOLOPOS.COM - Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, meninjau Embung Giriroto, di Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Kamis (15/10/2020). (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI -- Cadangan pangan di Indonesia masih mencukupi meski di tengah kondisi pandemi Covid 19. Namun pertanian di Indonesia diharapkan tidak berhenti pada hasil panen. Pengelolan pascapanen juga harus diperhatikan.

Hal tersebut disampaikan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, di sela kunjungan kerjanya di Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Kamis (15/10/2020).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

"Hasil panen aman, saya yakin aman. Pada MT 1, sesuai data BPS, ada overstok sampai 7,4 juta ton beras. Kemudian MT 2 kami lakukan percepatan. Hasilnya diharapkan sampai di atas 13 juta ton. Sementara yang dibutuhkan hanya 15 juta ton. Dari 7 tambah 13 ton sampai 15 ton, masih ada overstok di 2021. Sebelum 2021 sudah jalan lagi penanaman berikutnya," kata dia kepada wartawan, Kamis.

Pelebaran Jalan Sasar Jl. Diponegoro & Jl. W.R. Supratman Sragen, Bagaimana Nasib Kios Renteng?

Pada kegiatan tersebut, Syahrul menyempatkan melihat kondisi Embung Giriroto dan mendatangi warga di sekitar embung. "Saya datang untuk melihat seperti apa kesiapan kita melakukan akselerasi ketahanan pangan di semua tempat. Hari ini Karanganyar dan Boyolali," kata dia.

"Di sini bisa dilihat palawija tetap jalan, kacang-kacang berjalan baik. Kondisi yang seperti ini diharapkan tetap bertahan terutama di era Covid 19. Presiden memberi penekanan agar akselerasi [pertanian] ini bisa dijaga lebih kuat," lanjut Syahrul.

Namun menurutnya bukan hanya hasil panen yang bagus, pengelolaan pascapanen juga harus diperhatikan. "Harapan Presiden, setelah on farm yang baik harus diurus malasah off farm. Artinya pasca panenenya harus diurus, bagaimana proses untuk mengindustrikan atau menjaga produksi tinggi dan pemasaran yang baik. Tentu ini masih proses percobaan-percobaan," jelas dia.

Surplus

Sementara itu Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, Joko Suhartono, mengatakan sampai Oktober 2020, Boyolali memiliki surplus kurang lebih 68.000 ton beras.

"Bisa untuk cadangan pangan tujuh bulan ke depan. Dengan estimasi jumlah penduduk sekitar 1 juta membutuhkan 8.000 ton per bulan. Jadi untuk Boyolali dalam hal pangan khususnya beras mengalami surplus. Diharapkan tahun-tahun ke depan tetap menjadi cadangan pangan nasional sesuai visi misi Bupati Boyolali," kata dia, Kamis.

98 Warga Sukoharjo Terjaring Razia Masker, Kebanyakan Ngaku Lupa

Dia mengatakan per tahun total produksi padi sekitar 220.000 ton. Sementara yang dibutuhkan rata-rata 140.000 ton. Namun jumlah tersebut sangat fluktuatif. Namun intinya dari data tersebut, dia menyebutkan di Boyolali masih ada surplus beras.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya