SOLOPOS.COM - Kereta kelinci di Wisata Hutan Kota Kaki Gandul Wonogiri terlihat tak terawat, Senin (25/7/2022). Wisata tersebut tak lagi beroperasi sejak pandemi Covid-19 melanda. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRIWisata Hutan Kota Kaki Gandul yang berada di Tempat Penimbunan Kayu (TPK) Perhutani Wonogiri, di Lingkungan Salak, Kelurahan Giripurwo, Kecamatan Wonogiri sudah tidak beroperasi. Wisata yang berada di tengah Kota Wonogiri itu gulung tikar sejak pandemi Covid-19.

Pantauan Solopos.com, Senin (25/7/2022), wisata yang tak jauh dari pelintasan kereta api Alas Kethu dalam kondisi memprihatinkan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Berbagai wahana mancakrida yang terbuat kayu dari sudah keropos. Taman-taman sudah ditumbuhi rumput liar tak beraturan. Perahu kecil yang berada di sungai pun hanya tinggal kerangka. Sementara jembatan tak bisa lagi dilalui.

Tak hanya itu, kereta kelinci yang dulu kerap dinaiki anak-anak pun seperti tinggal menunggu untuk dikilokan. Rumah-rumah pohon yang sempat sering jadi tempat swafoto kini sudah berlumut. Kayu-kayunya tampak sudah keropos, mudah patah.

Ekspedisi Mudik 2024

Ketika mencoba mengelilingi wisata yang sempat jaya sekitar 2017 itu, nyamuk yang ada di lingkungan sekitar seolah tak berhenti mendenging.

Baca Juga: Alas Kethu, Tempat Healing yang Sejuk dan Rindang di Wonogiri

Kepala TPK Perhutani Wonogiri, Budiono, mengatakan wisata Hutan Kota Kaki Gandul sudah berhenti sejak pandemi Covid-19. Sejak saat itu tidak ada lagi pengunjung yang datang ke sana. Hanya tiga karyawan yang saban pekan mengecek wisata meski tak ada satu pun wisatawan.

“Sebelum pandemi Covid-19 pun sebenarnya wisata ini belum menguntungkan. Selama lebih kurang empat tahun beroperasi, pengelola belum mendapatkan keuntungan. Uang yang masuk hanya cukup menggaji karyawan dan mendukung operasional wisata,” kata Budi saat ditemui Solopos.com di TPK Wonogiri, Senin (25/7/2022).

Saat pembukaan pada 2017 lalu, wisata ini belum benar-benar jadi. Kala itu, proses pengerjaan masih sekitar 50 persen.

Hal itu dilakukan agar warga mengetahui bahwa ada wisata di tengah kota. Selain itu, agar pengelola mendapat pemasukan untuk mengembangkan wisata.

Baca Juga: Hutan Paling Luas di Soloraya Berada di Wonogiri, Berapa Hektare Ya?

Wisata Hutan Kaki Gandul memang sempat ramai. Tetapi hanya saat tiga bulan pertama.

Bulan-bulan setelahnya tidak lebih dari 30 orang yang berkunjung ke sana setiap harinya. Meski harga tiket masuk hanya Rp4.000/lembar saat hari kerja dan Rp5.000/lembar saat akhir pekan, tak banyak warga kota yang bermain di lahan milik Perhutani itu.

“Yang punya wisata ini pihak ketiga, swasta. Tapi ada perjanjian kerja sama dengan Perhutani. Sebanyak 65 persen untuk pengelola dan 35 persen untuk perhutani,” ujar Budi yang juga salah satu pengelola wisata kala itu.

Saat ini sudah banyak kayu-kayu milik Perhutani yang di kawasan TPK Wonogiri. Kayu-kayu itu sudah memenuhi lahan yang mulanya menjadi wisata seluas 1,8 ha.

Baca Juga: Kisah Penamaan Alas Kethu Wonogiri

Eks Pengelola Wisata Hutan Kaki Gandul lainnya, Sutrisno, membenarkan hal tersebut. Sebelum pandemi Covid-19 pun wisata yang tak jauh dari Alas Kethu itu sudah ada tanda-tanda bangkrut.

“Sulit kalau mau menghidupkan wisata ini lagi. Butuh biaya yang tidak sedikit. Dulu waktu modal awal, mungkin Ro100 juta ada. Padahal di sini strategis. Di tengah kota, banyak sekolah juga,” tutur Trisno.

Dulu, sambung dia, wisatawan banyak dari kalangan remaja. Sayangnya, wisata alam itu masih banyak nyamuk.

Tak jarang para pengunjung menyesalkan hal itu. Hal itu pula yang menjadi salah satu penyebab para warga kota enggan datang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya