Om Swastyastu
Om Ano Bhadrah Kratawo Yantu Wiswatah
Kepemimpinan memegang peran penting dalam era kesejagatan/globalisasi, lebih-lebih di zaman sekarang ini, diperlukan kualitas kepemimpinan yang memadai untuk mengantarkan bangsa Indonesia mewujudkan cita-cita perjuangan yakni masyarakat adil dan makmur meterial spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Banyak orang bisa menjadi pemimpin, tetapi tidak banyak yang bisa jadi pemimpin yang betul betul mengayomi, melayani masyarakat dengan tulus sesuai dengan tugas dan fungsi pemimpin. Guna menjadi pemimpin yang demikian yang bersangkutan hendaknya memahami dan mengerti betul tentang kepemimpinan salah satunya dalam ajaran Hindu yakni Panca Upaya Sandhi.
Sebagai pemimpin seharusnya melaksanakan kewajiban sebagai wujud sikap dan tindakan yang mulia dan terpuji. Sesungguhnya setiap individu memiliki kewajiban moral untuk selalu berusaha dan berupaya dalam hidup ini. Tidak ada sesuatu yang dapat tercapai apa bila hidup ini tanpa dibarengi dengan usaha dan upaya keras, cerdas dan tulus sebagai pelayan sejati.
Senada dengan Bhagawad Gita Bab III. Sloka 8 menyatakan: “Niyatam kuru karma tvam, Karma jyayo hyakarmanah, Sarira yatrapi ca te na, Prasiddhyed akarmanah.”
Artinya: “Bekerjalah seperti yang telah ditentukan, sebab berbuat jauh lebih baik dari pada tidak berbuat, dan bahkan tubuhpun tidak akan berhasil terpelihara tanpa bekerja.”
Kerja yang dilakukan hendaknya mengacu pada filosofi kehidupan jawa yakni sepi ing pamrih rame ing gawe atau sering disebut karma yoga. Orang yang bekerja seperti itu sesungguhnya mereka telah mendapatkan pencerahan dari Hyang Widhi.
Tatkala sebagai seorang pemimpin ada lima uapaya yang mesti dilakukan yakni Panca Upaya Sandhi. Panca Upaya Sandhi berarti lima macam usaha dan upaya yang harus dimiliki oleh seorang pemimpim untuk menghadapi dan menyelesaikan persoalan dan tantangan yang menjadi tanggung jawabnya. Ajaran Panca Upaya Sandhi ini tersurat dalam Lontar Siwabuddha Gama Tattwa. Bagian-bagian dari ajaran Panca Upaya Sandhi yang dimaksud sebagai berikut:
1. Maya: seorang pemimpin hendaknya memiliki dan melakukan upaya dalam pengumpulan data atau permasalahan yang belum jelas kedudukannya dan profesinya, sehingga dapat melakukan penataan lebih lanjut untuk mencapai kesempurnaan. Kalau dalam kehidupan sekarang peran dan tugas intelijen keamanan dan peran serta masyarakat sangat menentukan dalam menciptakan situasi nyaman dan aman.
2. Upeksa: seorang pemimpin hendaknya memiliki upaya dan kemampuan untuk meneliti dan menganalisa semua data dan informasi yang ada, sehingga semua permasalahan yang dihadapi dapat diletakkan pada proporsinya masing masing.
3. Indrajala: seorang pemimpin hendaknya memeliki upaya dan kemampuan untuk mencarikan jalan keluar setiap permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang dipimpinnya.
4. Wikrama: seorang pemimpin hendaknya memiliki upaya dan kemampuan untuk melaksanakan semua rencana dan rumusan yang telah diprogramkan sebelumnya. Dengan demikian masyarakat yang dipimpinnya menjadi bertambah percaya akan program selanjutnya.
5. Logika: pemimpin dalam berusaha melaksanakan semua tindakannya, hendaknya selalu didahului dengan pertimbangan nalar yang sehat dan dapat diterima oleh masyarakat. Segala sesuatu yang diupayakannya bukan didasarkan pada emosi semata-mata, namun dilandasi dengan nilai-nilai kemanusiaan dan prilaku dharma.
Sifat dan sikap pemimpin tidak ubahnya sebagai mata uang dengan kedua sisinya. Kedunya memiliki nilai dan makna yang saling melengkapi sehingga dapat berguna sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Sifat dan sikap yang dimiliki oleh seorang peminpin dapat disempurnakan dengan mendalami, mempedomani dan mengamalkan ajaran agama serta berbagai ilmu pengetahuan yang dipelajari.
Arifin Abdul Rachman menyebutkan terdapat tiga golongan sifat-sifat pemimpin antara lain:
1. Sifat-sifat pokok yaitu sifat-sifat dasar yang dimiliki oleh setiap pemimpin antara lain: adil, suka mengayomi, penuh inisiatif, memiliki daya tarik dan percaya diri.
2. Sifat-sifat khusus karena pengaruh tempat yakni sifat-sifat pada pokoknya sesuai dengan kepribadian bangsa, seperti bangsa Indonesia dengan Pancasila sebagai kepribadiannya, sebagai dasar negara dan sebagai cita-cita bangsa.
3. Sifat-sifat khusus karena pengaruh dari berbagai macam atau golongan pemimpin, seperti pemimpin partai politik, pemimpin keagamaan dan sebagainya.
Sesungguhnya ini adalah seirama dengan ajaran Hindu yakni seorang pemimpin harus memiliki, memahami serta mengamalkan ajaran Catur Upaya Sandhi yakni: Sama, Beda, Danda dan Dana.
Di sini dibutuhkan sifat yang sangat kritis dilandasi dengan ajaran dharma menerapkan sifat keadilan dengan memandang rakyatnya adalah sama-sama mempunyai kepentingan yang sama. Pemimpin harus mampu membedakan antara yang baik dan tidak baik, pemimpin harus berani memberikan hukuman dan menghukum yang bersalah sesuai dengan hukum yang berlaku dan pemimpin harus bersikap adil dalam memberikan berbgai bantuan dalam masyarakat.
Dalam Ramayana Sri Rama mengajarkan seorang pemimpin/swamin kepada Wibhisana tentang kepemimpinan yang disebut dengan Asta Brata. Pemimpin yang disiapkan untuk memimpin negara atau kerajaan Alengka Pura hendaknya menjalankan depalan sifat kedewataan yang disebut dengan Asta Brata.
Dalam Menawa Dharmasastra yang merupakan hukum Hindu sebagai landasan moral/mental bagi seorang pemimpin yang berani membasmi berbagai musuh dengan menjunjung asas keadilan dan kebenaran dharma maka negara akan mejadi aman berbagai prilaku yang tidak kita inginkan.
Demikian juga dalam Lontar Raja Patni Gondala menyebutkan sepuluh macam hal yang patut dijadikan sahabat oleh seorang pemimpin antara lain: 1. Satya (kejujuran), 2. Arya (orang besar), 3. Dharma (kebajikan), 4. Asurya (orang yang mengalahkan musuh), 5. Mantri (orang yang dapat mengalahkan kesusahan), 6. Salyatawan (orang yang banyak sahabat), 7. Bali (orang yang kuat dan jujur), 8. Kaparamarthan (kerohanian), 9. Kadiran (orang yang tetap pendiriannya) dan 10. Guna (orang yang banyak ilmu dan pandai). Inilah sifat dan perilaku pemimpin yang bijaksana menjadi dambaan masyarakat.
Om Santi Santi Santi Om
(I Nyoman Warta)