SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Sebanyak 15 UKM binaan Jurusan Kriya Seni/Tekstil, Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo dan 18 hasil karya tugas akhir (TA) mahasiswa dipertontonkan pada Pameran Tekstil dan Fashion Textile 2014 From Traditional to Modern di Atrium Solo Paragon Lifestyle Mall, Senin-Selasa (21-22/4/2014).

Sebanyak 15 dari total 20 UKM binaan Jurusan Kriya Seni/Tekstil, FSSR UNS itu ambil bagian pada pameran produk tekstil, seperti kain batik, lurik, jumputan, dan lain-lain. Beberapa di antara, Batik Saji Pacitan, Batik Warna Alam Dewi Murwati, dan lain-lain. Ketua Jurusan Kriya Seni/Tekstil FSSR UNS, Tiwi Bina Affanti, didampingi salah seorang Dosen Kriya Seni/Tekstil FSSR UNS, Sarah R.H. Pinta, mengatakan beberapa UKM binaan tersebut kelompok anak jalanan, Balai Rehabilitasi Sosial Wanita Utama Solo, dan lain-lain. Sedangkan UKM lain yang ikut pameran adalah milik alumni FSSR, mahasiswa, dan lain-lain.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Tiwi menjelaskan acara digagas sebagai bentuk pengabdian masyarakat sekaligus menjajal pasar untuk produk UKM binaan. Dia mengatakan sejumlah produk UKM binaan sudah dipasarkan hingga Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, Jepang, dan lain-lain. Namun dia mengklaim pameran produk bukan sekadar mengejar target penjualan.

“Target penjualan bukan utama. Kami memberikan pengabdian kepada masyarakat. Sekaligus menjajal pasar milik produk binaan. Batik, lurik, ikat celup atau jumputan bisa dikembangkan supaya tetap lestari,” kata Tiwi di sela-sela acara, Senin (21/4/2014).

Hal senada disampaikan Sarah. Dia menjelaskan UKM binaan didorong dapat menangkap keinginan pasar dan berinovasi untuk memikat pasar. Namun dia juga mengingatkan agar UKM tidak mengelola usaha menggunakan manajemen kekeluargaan. Selain itu inovasi rekayasa alat perlu dilakukan agar pasar tidak jenuh. Pada kesempatan itu sebanyak 18 karya TA mahasiswa dan alumni dipamerkan dan dinilai. Mereka diminta membuat pakaian menggunakan kain batik yang dikombinasikan dengan kain lain seperti lurik, tenun, dan lain-lain.

“Inovasi rekayasa alat, manajemen, dan inovasi. Agar produk enggak ditinggalkan penggemar. Tentunya melihat pasar dan tren. Jadi kreasi dan teknik pembuatan harus diperhatikan. Konsep lomba ini batik mixed. Kami mengajak desainer muda berkarya,” tutur dia.

Salah satu UKM binaan FSSR UNS, pemilik Dewi Moer Collection, Dewi Murwati, mengatakan sejak dua tahun lalu mengikuti pelatihan yang diselenggarakan UNS. Dia salah satu pengrajin kain batik warna alam. Dia mengaku memproduksi kain batik cap dan tulis. Dia mampu menghasilkan lima lembar batik tulis dan 40 lembar batik cap setiap bulan. Harga satu meter batik tulis Rp350.000 sampai lebih dari Rp1 juta. Sedangkan harga batik cap Rp100.000-Rp500.000 per meter.

“Konsumen lokal belum banyak berminat dengan batik warna alam. Kebanyakan konsumen dari Jakarta, Jepang. Warna alam ini untuk pemakai yang alergi dengan bahan dan zat kimia tertentu. Kami menggunakan jalawe, daun mangga, avokad, dan lain-lain,” tutur Dewi saat ditemui Solopos.com.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya