SOLOPOS.COM - Salah satu karya instalasi karya Andreromes (JIBI/Haria Jogja/Kurniyanto)

Salah satu karya instalasi karya Andreromes (JIBI/Haria Jogja/Kurniyanto)

JOGJA–Tanaman rotan memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat Kalimantan Barat. Tanaman menjalar, berduri, serta lentur ini dijadikan sebagai salah satu instrumen pendukung kebudayaan masyarakat di sana.

Promosi Pemimpin Negarawan yang Bikin Rakyat Tertawan

Betapa tidak, hampir setiap keluarga disana menjadikan rotan sebagai salah satu tumpuan hidup, sebagai salah satu perabotan rumah tangga. Bahkan masyarakat disana menjual karya rotan tuntuk mendapat pemasukan tambahan.

Namun seiring perjalanan waktu, rotan mulai langka lantaran hutan disana telah dibabat habis oleh sejumlah perusahaan. Akibatnya makin hari rotan kian sukar dicari, pekerjaan merangkai rotan yang dilakukan sejak ratusan tahun oleh masyarakat Kalimantan Barat pun kian sepi.

Realitas tersebut memancing Andreromes untuk mengangkat fenomena tersebut dalam pameran seni rupa bertajuk Kelenturan Dalam Rotan yang dilangsungkan di Tujuh Bintang Art Space, Jalan Sukonandi, Jogja. Dalam pameran yang berlangsung dari 15-21 Juli, perupa kelahiran pedalaman Sanggau, Kapuas, Kalimantan Barat ini memamerkan sebanyak 16 karya yang sembilan di antaranya merupakan karya instalasi.

Andre, sapaan akrabnya menjelaskan seluruh tema yang diangkat dalam pameran ini sebagian besar menceritakan tentang tanaman rotan yang telah menjadi kesatuan dari indahnya hutan di Kalimantan Barat. Hal itu terlihat dari beberapa karya lukis seperti Alam Liar. Dalam lukisan tersebut, Andre, menggunakan teknik kolase yakni menggabungkan antara gores lukisan rotan dengan wujud asli rotan.

“Lukisan ini menceritakan bagaimana rotan telah menjadi simbol dari hutan di pelosok kedalaman Kalimantan Barat,” katanya kepada Harian Jogja, Senin (16/7).

Dia juga menghadirkan realitas yang dihadapi saat ini, rotan yang langka. Hal itu ia perlihatkan dalam lukisan berjudul Jerat Kuasa Predator. Lukisan berukuran 132X280 cm ini menggambarkan wujud laba-laba raksasa yang siap memangsa hati. “Laba-laba merupakan simbol perusahaan asing yang menyerang hutan di pedalaman Kalimantan dan membabat habis kekayaan alam yang ada,” ujarnya.

Pria kelahiran 14 April 1975 tersebut juga menyentil pemerintah yang dengan mudahnya memberikan ruang kepada pengusaha asing untuk membeli tanaman rotan tanpa membeli barang jadi.  Kritik sosial itu terlihat dari karya instalasi berjudul Culture For Sale.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya