SOLOPOS.COM - Seorang pengunjung mengamati karya grafis perupa Agung Prabowo yang dipamerkan di Balai Soedjatmoko Solo, Minggu (26/1/2014) siang. Jawara kompetisi Trienal Seni Grafis Indonesia IV tahun 2012 lalu ini memamerkan 28 fragmen karya seni bertema Natural Mystic. Pameran berlangsung Sabtu-Kamis (25-30/1/2014). (Mahardini NA/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Perupa Agung Prabowo, Minggu (26/1/2014) lalu, mengajak pengunjung Balai Soedjatmoko Solo melongok ke alam pikirannya. Puluhan karya grafis yang terbagi dalam 28 fragmen bertema Natural Mystic, dipamerkan perupa jawara kompetisi Trienal Seni Grafis Indonesia IV – 2012 ini.

Perupa yang menyebut dirinya Agung ini dikenal publik saat membuat karya bertajuk Nirbaya Jagratara (Tak Gentar Selalu Waspada) pada 2012 lalu. Seni grafis yang dibuat dengan teknik cukilan habis (reduction print) dengan media lino (sejenis karet sintetis), yang ditorehkan di atas kertas ini memiliki dimensi 91 sentimeter (cm) x 81 cm.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Karya yang membawa Agugn menjadi jawara kompetisi grafis yang digelar setiap tiga tahun sekali ini menggambarkan sosok prajurit berkuda yang berdiri membawa sebilah pedang dan obor di tangannya. Sang prajurit tampil tegas dengan warna hitam, sementara kuda yang ditungganginya tampil segar dengan perpaduan warna biru, merah muda, oranye, dan cokelat muda.

Ekspedisi Mudik 2024

Perjalanan perupa lulusan program studi Seni Rupa Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung (ITB) ini terus bergulir. Lewat karya Family Matters (2013), penikmat karyanya diajak melihat kompleksitas perkara rumah tangga yang dituangkan Agugn dalam karya berdimensi 135 cm x 135 cm.

Agugn menggambarkan sosok anak lelaki kecil yang berdiri tegap. Kedua tangannya digandeng kedua orang tuanya. Keluarga kecil ini menjadi titik sentral di tengah muara ikon yang menjadi simbol keseharian seperti tempat tidur, piring, gelas, kue, sisir, seutas benang kusut, sepatu, hingga pepohonan.

Dalam sebidang karya garapan Agugn ini, segala unek-uneg dan keresahannya menjajal kehidupan rumah tangga dengan satu orang putra agaknya tertuang di sini. Agugn sendiri sengaja mengambil tema Natural Mystic sebagai penggambaran rasa takut terhadap masalah keseharian yang ia alami, khususnya saat menyambut kehidupan barunya sebagai seorang ayah.

“Banyak sekali mitos yang bertebaran seputar kandungan, melahirkan, pamali seorang anak. Saya simak semuanya dari teman, saudara, maupun keluarga. Ketakutan muncul saat saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Perasaan takut ini saya sikapi sebagai rasa ingin tahu. Dari sana lahirlah Natural Mystic,” terang Agugn seperti dikutip dari katalog pengantar karya pameran.

Sementara itu, Kurator Pameran, Aminudin Th. Siregar, menyebutkan serial terbaru karya Agugn tak hanya menawarkan “kerapuhan” manusia, tapi juga mengingatkan kita akan bahaya naturalisasi mitos yang telah mengendap dalam memori manusia.

“Serial karya ini menggugah kesadaran kita betapa kita tidak berdaya menghadapi teror kebenaran semu [mitos] yang berkembang di dalam masyarakat. Lalu kita menerima teror itu menjadi hal yang wajar dan rasa cemas. [Secara tidak sadar] kita menikmatinya dengan penuh ambigu,” kata pengajar FSRD ITB ini.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya