SOLOPOS.COM - Berbagai keris peninggalan masa lalu dipamerkan dalam Festival Sura di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Minggu (23/10/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Pameran puluhan keris peninggalan zaman Kesultanan Mataram menjadi salah satu daya tarik Festival Sura di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG – Bagi sebagian masyarakat Jawa, keris dan bulan Sura adalah sesuatu yang tak bisa dipisahkan. Hal itu karena banyak orang Jawa yang memiliki keris selalu memanfaatkan bulan Sura sebagai momentum menyucikan benda pusaka peninggalan nenek moyang itu dengan cara mencuci atau memandikannya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Keterikatan ini pulalah yang menjadi alasan panitia Festival Sura 2016 menyelipkan pameran keris saat menggelar acara di Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Semarang, Sabtu-Minggu (22-23/10/2016). Sederet keris dari peninggalan masa lalu, baik yang berasal dari zaman Panembahan Senopati atau Kesultanan Mataram hingga zaman Pakubuwana IV atau Kasunanan Surakarta, turut dipertontonkan dalam pameran itu.

Pemilik stand pameran keris, Kristanto, menyebutkan keris-keris yang dibawanya ke pameran itu terbilang langka. Selain sulit diperoleh, untuk mengumpulkannya ia pun harus merogoh kocek hingga cukup dalam.

“Harganya macam-macam mulai dari yang Rp2 juta-Rp300 jutaan. Tergantung seberapa kuno dan keunikan keris itu, seperti contoh keris panimbang peninggalan zaman Panembahan Senopati ini. Keris ini cukup unik karena selain guratannya rapi juga memiliki luk sembilan,” tutur Kristanto saat disambangi Semarangpos.com di stand pamerannya, Minggu.

pameran keris

Kolektor keris asal Semarang, Kristanto, tengah menunjukkan salah satu keris koleksinya pada Festival Sura di kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, Minggu (23/10/2016). (Imam Yuda Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

Selain keris, dalam pameran itu Kristanto juga turut menampilkan beberapa jenis tosan aji atau senjata tradisional koleksinya. Ada keris dari Bali, badik, mata tombak peninggalan zaman Kesultanan Mataram hingga pedang khas Jawa, yang disebut Pedang Luwuk.

Terpisah, Ketua Panitia Festival Sura, Rafid Petir, menjelaskan alasannya memamerkan berbagai tosan aji itu tak terlepas dari keinginan untuk melestarikan budaya tradisional. Ia menilai selama ini banyak masyarakat Jawa, terutama generasi muda, yang tidak tertarik dengan keris.

“Harapan kami dengan adanya pameran ini, masyarakat Jawa, terutama generasi muda, akan lebih mencintai budaya dan benda-benda pusaka peninggalan nenek moyang mereka, termasuk keris. Apalagi saat ini orang luar negeri sudah banyak yang menyukai keris dan mempelajarinya. Masak masyarakat kita sendiri malah enggak,” terang Rafid.

Selain menampilkan pameran keris dalam Festival Sura yang digelar selama dua hari di kawasan TBRS, Semarang, panitia juga menampilkan sederet hiburan lain, seperti lomba nasyid, fashion show muslim dan pementasan wayang kulit.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya