SOLOPOS.COM - Pengunjung menyaksikan pameran lukisan karya Djoko Sardjono di Hotel Duta Wisata, Jl. Urip Sumoharjo Jogja, Selasa (26/11/2013). (JIBI/Harian Jogja/Kurniyanto)

Harianjogja.com, JOGJA – Pelukis Djoko Sarjono prihatin dengan menghilangnya seni tradisi yang semakin tergerus seni kontemporer.

Bertempat di Hotel Duta Wisata, Jl. Urip Sumoharjo, pelukis yang pada 2011 lalu pensiun dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) Dinas Pekerjaan Umum Sleman itu menggelar pameran bertajuk Pameran Tunggal Lukis Djoko Sardjono.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam pameran yang berlangsung mulai 22 November hingga 13 Desember 2013, Djoko memamerkan 28 karya lukisan. Sebagian besar di antaranya menggambarkan aktivitas penari tayub yang sedang menari bersama seorang pria.

“Dulu saat saya kecil hingga remaja, tayub masih banyak dijumpai, tapi sekarang sudah jarang. Kalaupun ada cuma pada momen tertentu saja seperti bersih desa. Sekarang yang muncul malahan gangnam style dan tarian caesars,” katanya kepada Harianjogja.com, Selasa (26/11/2013).

Djoko mengungkapkan, kian langkanya tayub disebabkan karena tidak ada regenerasi penari. Saat ini penari tayub hanya diisi oleh penari itu-itu dan rata-rata sudah berusia lanjut. “Sebaliknya generasi muda pun juga tidak tertarik untuk belajar tayub,” ucapnya.

Lukisan bergambar seni tayub itu, kata Djoko ia buat berdasarkan pengalamannya saat rajin menonton tayub. Ia mengungkapkan sejak kecil hingga remaja sering mencari tontonan tayub hingga wilayah pinggiran Wonogiri, Jawa Tengah.

“Saya sampai hafal gerakan tangan dan gerakan tubuh penari tayub,” katanya.

Karena itu, tidaklah heran jika lima dari 28 lukisan yang dipamerkan Djoko banyak memamerkan lukisan penari tayub.

“Saya rindu dengan keadaan dahulu dimana tayub banyak dijumpai. Nah, harapannya dari lukisan ini bisa memancing pengunjung terutama kawula muda untuk mengenal seni tayub dan barangkali bisa mempelajarinya,” ucap pria berusia 58 tahun itu.

Selain melukis tayub, dalam pameran tersebut Djoko juga memamerkan seni tradisi lainnya yang kini kian terpinggirkan seperti jatilan.

Ia juga memamerkan lukisan bertemakan kerakyatan seperti perjuangan keras seorang nenek yang mencari nafkah dengan mencari kayu bakar di kaki Gunung Merapi.

Seluruh objek Djoko dikemas dengan cara unik. Figur-figur yang dilukis Djoko seluruhnya kerempeng dengan dagu lancip. Ciri lain dalam lukisan Djoko adalah bentuk hidung di seluruh lukisannya mancung layaknya dalam tokoh pewayangan Petruk.

“Ini saya sebut gaya impresionis minimalis. Saya sudah menggunakan gaya itu sejak lama dan menjadi ciri khas saya,” beber pelukis yang memiliki kedekatan dengan pelukis kondang Joko Pekik itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya