SOLOPOS.COM - Bayu Ratna Dhini tengah menunggu stand kerajinan kulit dalam pameran industri kreatif di Mal Malioboro, Minggu (9/8/2015). (JIBI/Harian Jogja/Kusnul Isti Qomah)

Pameran di Jogja, Pandora Hunt mendorong ekonomi kreatif di DIY untuk terus tumbuh dan berkembang

Harianjogja.com, SLEMAN– Anak-anak muda di Jogja yang tergabung dalam komonitas Indonesian Creative Market Festival, mendorong ekonomi kreatif di DIY untuk terus tumbuh dan berkembang. Hingga kini, ruang berekspresi untuk produk kreatif dinilai masih minim.

Promosi Ongen Saknosiwi dan Tibo Monabesa, Dua Emas yang Telat Berkilau

Director Indonesian Creative Market Festival (ICMF) Angela Rahardjo mengatakan, selama ini produk usaha kecil menengah (UKM)masih kurang mendapat apresiasi dari kalayak. Produk UKM, katanya, masih dilihat sebelah mata, murahan dan persepsi negatif lainnya.

“Padahal banyak juga produk UKM yang kreatif. Bahkan handmade craft yang ditawarkan sangat kreatif dan mahal-mahal,” ujar
Angel di sela-sela kegiatan Pandora Hunt, Jogja Bay, Maguwoharjo, Minggu (24/7/2016).

Meskipun penjualan barang saat ini sudah lumrah menggunakan media sosial maupun internet sudah, namun masih banyak kalangan UKM yang belum memanfaatkan untuk berjualan. Untuk memasyarakatkan produk industri kreatif, pihaknya menggelar Pandora Hunt sebagai wadah kreasi dan mengenalkan produk kreatif kepada kalayak.

Gelaran kreasi yang juga melibatkan anak-anak muda tersebut bertajuk Road To Pandora Hunt: Journey of Treasure tersebut digelar, Jumat-Minggu 22-24 Juli 2016. Kegiatan tersebut, kata Angel, menjadi wadah bagi industri kreatif dan UKM.

“Ada 60 tenan dengan beragam produk kreatif yang kami tampilkan. Ada industri kuliner dengan menu unik, ada juga produksi kerajinan dan fashion oleh para pelaku yang rata-rata masih berusia muda,” tambahnya.

Project Manager ICMF Raditya Sasongko menjelaskan, nama Pandora diambil dari mitos kotak pandora di Yunani. Kotak yang berisi berbagai macam kejahatan ini menyimpan satu kebaikan yang sulit dikeluarkan karena tertutupi banyaknya hal buruk.

Hal itu, katanya, menggambarkan industri kreatif di Jogja sebenarnya. Sebab, produk lokal dengan modal besar sangat mudah dipasarkan, sementara yang bermodal sedikit namun produksinya unik tidak banyak dapat kesempatan.

“Pandora Hunt juga mempromosikan lebih lanjut produksi yang digelar. Kami juga memberikan pandangan bisnis kepada pelaku industri kreatif. Mereka kami ajak ikutserta dan berdiskusi tentang ekonomi kreatif,” kata dia.

Peserta, katanya, berdialog langsung dengan Yayack “Retrosyndicate” selaku CEO Retro Classic Cycles dan CMO Kustomfest Indonesia, Raditya Nursasongko (Konsultan Bisnis), dan Memet Chairul Slamet (Maestro Musik Indonesia). Mereka dikenal sangat kreatif dalam mengembangkan usaha.

“Selama kegiatan ini, ada peserta yang memamerkan karya gelang kayu dengan mata batu, makanan berbagai macam dan kreasi lainnya. Ada juga yang membuat alat pemadam kebotakan sederhana yang dibutuhkan oleh rumah tangga,” tutur Radit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya