SOLOPOS.COM - Pakaian bekas impor yang dijual di pameran Safe Festival di Sport Hall Terminal Tirtonadi Solo, Selasa (14/12/2021). (Solopos/Chelin Indra Sushmita)

Solopos.com, SOLO — Anggota Komisi I DPRD Solo, Ginda Ferachtriawan, mengaku tidak sependapat dengan pengusaha batik tulis Solo, NR Kurnia Sari, yang mengkritik pameran thrift atau awul-awul impor di Sport Hall Terminal Tirtonadi Solo.

Wakil rakyat dari Fraksi PDIP itu meminta semua pihak tidak mudah menghakimi kegiatan kreatif yang dilakukan anak-anak muda. Seperti diketahui pameran thrift atau awul-awul impor digelar di Sport Hall Terminal Tirtonadi Solo, Selasa-Jumat (14-17/12/2021).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Saya kira itu adalah bentuk ekspresi anak-anak muda. Bagaimana membeli produk baju bekas. Bukan hanya membeli baju bekas, tapi bagaimana tidak selalu membeli yang baru. Salah besar bila ini dilihat sebagai event jualan barang bekas tanpa tanpa jualan produk UMKM lokal, atau produk lokal,” ungkap Ginda melalui ponsel, Senin (20/12/2021).

Baca Juga: Pengusaha Cantik Ini Kritik Pameran Awul-Awul di Tirtonadi Solo

Pameran thrift atau awul-awul itu, menurut anggota DPRD Solo itu justru bisa mengajarkan masyarakat bagaimana pakaian yang sudah tidak terpakai bisa dimanfaatkan dengan baik. “Atau punya nilai plus yang lebih baik lagi. Kenapa enggak, begitu loh. Saya rasa ini bentuk-bentuk kreativitas yang harus diapresiasi, yang nantinya akan terlihat potensi anak muda,” imbuhnya.

Ginda mengakui sudah dua kali melihat pameran thrift di Solo. Dari pengamatannya, peminat acara itu cukup banyak. “Faktanya saja peminatnya banyak kok. Hla ketika peluang ini tidak dimanfaatkan, ketika pemerintah tak bisa hadir menangkap peluang itu, atau mengakomodasi, apa jadinya. Harapannya kan nanti ini bisa bersinergi,” terang Ginda.

Mengajarkan Cara Berjualan yang Benar

Ada harapan dari pameran itu bisa melahirkan ide-ide baru dan peluang bagi para pelaku UMKM lokal, seperti kopi atau makanan ringan. “Jadi jangan dilihat sebagai suatu kemunduran. Tetapi ini pola-pola baru yang harus kita ikuti. Kalau enggak kita akan tertinggal. Soal barang lama atau impor itu kan ada aturannya. Nyatanya mereka eksis,” ujarnya.

Baca Juga: Wow, Produk Asli Kreasi UMKM Solo Ekspor Perdana ke 8 Negara

Dengan ramainya fenomena thrift ini, Ginda menilai pemerintah harus hadir. Seperti dengan mengajarkan mereka bagaimana berjualan yang baik dan benar. Selain itu untuk melihat apakah prosedur penjualan barang-barang bekas sudah sesuai aturan atau belum. “Jadi kalau cuma bilang itu enggak bagus, saya kira kok terlalu cepat,” tegasnya.

Ginda melihat penyelenggaraan pameran thrifting atau awul-awul pakaian impor di Terminal Tirtonadi Solo sebagai bentuk mengakomodasi fenomena kreatif anak muda. Tujuan akhirnya yaitu menggeliatkan perekonomian Solo di masa pandemi ini.

Sebagaimana diberitakan, pameran produk awul-awul atau thrift yang digelar pengelola Terminal Tirtonadi untuk meramaikan fasilitas baru yakni sport hall di kompleks terminal itu pada pekan lalu menuai kritik dari pengusaha muda Solo, NR Kurnia Sari.

Kurnia Sari menilai ketimbang memfasilitasi pameran pakaian bekas dari luar negeri, alangkah baiknya pengelola terminal itu mengakomodasi produk atau brand lokal Solo agar lebih dikenal publik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya