SOLOPOS.COM - Pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas (kiri) berjabat tangan dengan Sekjen PBB, Ban Ki-moon, di kantor PBB New York, Rabu (28/11/2012) waktu setempat. (news.yahoo.com)

Pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas (kiri) berjabat tangan dengan Sekjen PBB, Ban Ki-moon, di kantor PBB New York, Rabu (28/11/2012) waktu setempat. (news.yahoo.com)

NEW YORK – Palestina optimistis berhasil mendapatkan pengakuan PBB sebagai negara dalam sidang Majelis Umum (MU), Kamis (29/11/2012) waktu setempat. Namun Palestina masih harus berjuang menghadapi tentangan keras dari Israel dan sekutu dekatnya, Amerika Serikat (AS).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

AS telah melancarkan upaya agresif untuk mencegah pemungutan suara Majelis Umum PBB untuk pengakuan kepada Palestina. Palestina menyatakan mereka membutuhkan pengakuan sebagai negara dari PBB untuk wilayah mereka di Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem timur, kawasan yang dicaplok Israel pada 1967.

Pengakuan itu diperlukan sebagai syarat untuk melanjutkan perundingan dengan Israel. Pun, jika Palestina tak lagi menyandang status sebagai negara pengamat di MU PBB, mereka bis amengajukan tuduhan kejahatan perang terhadap Israel kepada Pengadilan Kriminal Internasional.

Dalam sebuah langkah terakhir pada Rabu (28/11/2012), wakil Menlu AS, William Burns, melakukan pendekatan pribadi dengan Presiden Palestina, Mahmoud Abbas. Burns menjanjikan Presiden Barack Obama akan kembali terlibat sebagai mediator pada 2013 jika Abbas menghentikan upaya untuk mendapatkan status sebagai negara merdeka.

Namun menurut pembantu Abbas, Saeb Tarekat, pemimpin Palestina tersebut menolak tawaran Burns. Bagi Abbas, pengakuan dari PBB sangat penting jika dirinya ingin mempertahankan posisinya sebagai pemimpin, terutama setelah konflik baru antara Israel dan Hamas, pesaingnya di Gaza.

Konflik tersebut telah meningkatkan pamor dan posisi gerakan militan Islam di dunia Arab. Sementara gerakan Fatah, pendukung Abbas, absen dan terpinggirkan.

Seperti dilansir yahoonews, Palestina memilih “Hari Solidaritas untuk rakyat Palestina” untuk pemungutan suara MU tentang pengakuan terhadap Palestina sebagai sebuah negara. Sebelum pemungutan suara dilakukan, akan ada pidato dari negara-negara pendukung yang fokus pada hak-hak rakyat Palestina.

Abbas dijadwalkan untuk menjadi pembicara pada pertemuan itu dan kembali akan tampil di MU pada Kamis sore waktu setempat untuk memaparkan permohonan pengakuan Palestina sebagai sebuah negara di sidang Majelis Umum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya