SOLOPOS.COM - ilustrasi (indonetwork.co.id)

ilustrasi (indonetwork.co.id)

KULONPROGO—Pakar pertanian Universitas Gadjah Mada (UGM), Ja’far Siddieq menentang rencana penambangan pasir besi di Kulonprogo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya dengan keras menentang penambangan pasir besi di Kulonprogo. Saya bukan provokator tetapi ini atas dasar ilmiah,” kata Ja’far saat acara syawalan Peguyuban Petani Lahan Pantai (PPLP) di Pleret, Panjatan, Kamis (6/9).

Menurut kajian ilmiah yang ia lakukan, jika pasir yang ada di pesisir pantai selatan Kulonprogo ditambang dan diambil biji besinya (pig iron), air yang dahulu tawar akan menjadi asin. Sumur-sumur di permukiman juga menjadi asin karena pasir pantai menjadi penahan dan menginfiltrasi air laut. Sehingga meskipun sumur hanya berjarak 50 meter dari bibir pantai airnya masih tawar.

Ia menambahkan, dari sisi pertanian, puluhan ribu petani di pesisir itu telah menggarap lahan yang puso menjadi lahan pertanian yang menghasilkan banyak komoditas seperti cabai, semangka, melon dan sayuran. Bahkan cabai merah menjadi komoditas penopang utama bagi ekonomi petani dan penopang kebutuhan di selurah DIY dan sekitarnya bahkan hingga ke luar Jawa.

Ja’far menambahkan, di lahan pertanian pesisir Pantai Selatan tidak mengenal musim. Jika musim hujan tidak pernah terjadi banjir. Pada musim kemarau pun tanaman tetap subur karena ada sumur “renteng” air tawar yang digunakan untuk menyiram.

“Penambangan pasir besi jelas merusak lingkungan dan pertanian,” kata Ja’far.

Pria yang sudah meneliti dan mendampingi para petani lahan pasir lebih dari 10 tahun itu mengingatkan kepada pemerintah untuk mengkaji ulang rencana penambangan pasir besi itu.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya