SOLOPOS.COM - Arus lalu lintas di simpang parangtejo Kartasura, Sukoharjo, Kamis (14/4/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO – Pakar Tata Kota yang juga Dosen Perencanaan Wilayah Kota Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Rizon Pamardi Utomo, mengatakan tata ruang di Kecamatan Kartasura tidak seharusnya dikotak-kotakkan menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo.

Perihal tata ruang Kartasura tersebut disampaikan Rizon saat dihubungi Solopos.com pada Selasa (19/4/2022). Ia mengatakan pertumbuhan Kartasura cenderung mengarah ke utara dan bersinggungan dengan daerah Colomadu, Karanganyar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Jadi itu bisa dipadukan tata ruang antara Kartasura dengan Colomadu, itu lebih ideal karena pertumbuhan condong ke utara. Wilayah selatan yang padat itu kan kota lamanya. Utara itu nyambung dengan Solo juga,” ungkap Rizon.

Baca juga: Ekonomi Berkembang Pesat, Segini Nilai Investasi Masuk ke Kartasura

Ia mengatakan posisi Colomadu dan Kartasura di masa yang akan datang dapat menjadi halaman depan Kota Solo bagi masyarakat yang datang dari arah Semarang dan Yogyakarta. Rizon juga mengungkapkan Kartasura sebagai bagian dari perkotaan Solo akan memiliki pembangunan berkesinambungan.

“Jadi enggak Solo punya rencana sendiri, Kartasura punya rencana sendiri, kemudian Colomadu punya rencana sendiri. Orang yang datang tidak peduli itu Kartasura atau Solo. Mereka berpikirnya wah ini Solo, jadi tidak melihat administrasinya,” jelas dia.

Ia meyakini proses perencanaan pengembangan wilayah Kartasura tentu sudah dibicarakan dengan Pemkab Karanganyar dan Pemkot Solo. Namun, untuk seberapa intensif pembicaraan tersebut, ia mengaku juga masih menemui tanda tanya.

Baca juga: Kartasura Jadi Surga Layanan Pendidikan dan Kesehatan

Saat disinggung mengenai permasalahan sosial seperti minimnya Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan minimnya drainase di Kartasura, Rizon mengungkapkan untuk menyelesaikan hal tersebut membutuhkan kajian yang dalam.

Visi Misi Masyarakat

Penataan suatu daerah, lanjut dia, harus sesuai dengan kecocokan masyarakat yang mendiami di daerah tersebut. Rizon mengatakan sebagus apa pun perencanaan tata kota suatu wilayah tanpa mencocokkan visi misi masyarakat maka hanya akan membuat masyarakat tidak nyaman.

“Pembangunan kota itu tidak seperti membangun gedung yang bisa dibangun langsung dan cepat. Tetapi yang namanya kota itu misal kami bikin rencana, tapi yang membangun itu bukan saya, yang mengisi pembangunan itu masyarakat,” jelasnya.

Baca juga: Problem Sosial di Kartasura: Genangan, RTH Minim, hingga Sampah

Ia juga mengatakan permasalahan sosial terkait minimnya RTH dan buruknya drainase di Kartasura menjadi tanggung jawab bersama, termasuk masyarakat di dalamnya. Rizon mencontohkan persoalan terkait sampah.

“Sistem drainase mungkin pemeliharaannya kurang atau mungkin desainnya terburu-buru, tapi sebenarnya itu tanggung jawab bersama masyarakat. Jangan terus masyarakat buang sampah sembarangan terus nanti biar diurusi PU. Nanti jika terjadi hujan bukan urusan masyarakat, jangan,” kata dia.

Ia menyarankan masyarakat membuat tanah terbuka sebanyak 40 persen dari luas area untuk dijadikan lahan tanpa plesteran. Tanah terbuka tersebut dapat dibuat di pekarangan-pekarangan rumah warga.

Baca juga: Beragam Potensi Ini Bikin Kartasura Jadi Incaran Investor dan Pendatang

“Jadi untuk ruang terbuka hijau itu kan seperti lapangan, taman, dan lain-lain kan memang ruang publik dan pemerintah yang urus. Nah, masyarakat juga bisa berkontribusi dengan membuat tanah terbuka, kalau hanya mengandalkan RTH juga berat,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya