SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak makan sayur. (Freepik.com)

Solopos.com, SOLO-Pemenuhan gizi lewat makanan bernutrisi untuk anak-anak adalah modal untuk menciptakan sumber daya manusia berkualitas yang kelak berkontribusi kepada negara. Demikian diungkapkan Peneliti Ekonomi Kesehatan Mutia A. Sayekti, S.Gz, MHEcon dari Ikatan Ekonom Kesehatan Indonesia.

“Memperbaiki kondisi kesehatan individu adalah investasi masa depan,” kata Mutia dalam webinar dikutip dari Antara pada Senin (31/10/2022).

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Ia menjelaskan ketika kesehatan individu terganggu, baik itu anak-anak maupun orang dewasa, maka produktivitas individu menjadi terhambat. Ini membuat pendapatan masyarakat menurun dan pada akhirnya membuat perekonomian menjadi lesu.

Pada anak-anak, khususnya, ketika makanan yang diberikan kepada mereka tidak ada pemenuhan gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, maka mereka tidak bisa berpikir secara maksimal.  “Jangka panjangnya ada risiko tidak bisa bersaing, tidak bisa mendapat pekerjaan yang baik atau berkarya secara maksimal,” jelas dia.

Baca Juga: KPAI Rekomendasikan BPOM Tingkatkan Pengawasan Jajanan di Kantin Sekolah

Tidak sedikit orang tua mengalami kendala untuk pemenuhan gizi anak. Bisa jadi ada anak yang langsung menolak begitu melihat ada sayuran hijau di piringnya karena trauma merasakan pahitnya sayur mayur.

“Rata-rata kalau pernah lihat hijau-hijau malas karena terbayang pahit, atau pernah trauma makan sayur pertama kali enggak enak jadi menolak,” ujar dia.

Baca Juga: Cara Mengatasi Siswa Mengantuk di Kelas

Agar anak mau makan sayur yang sehat, ada tips tersendiri. Mutia menyarankan, bila itu memang yang terjadi, orang tua bisa mengakalinya dengan mengolah agar tampilan sayur tertutup dengan bahan lain sehingga anak tidak tahu bahwa menu yang disajikan kepadanya adalah sayur.

Baca Juga: Alasan Orang Indonesia Merasa Belum Makan Kalau Bukan Nasi

Misalnya, mengukus sayur dan memotongnya kecil-kecil, kemudian mencampurkannya ke dalam bahan lain seperti telur agar rasa sayurnya tidak terlalu mencolok. Namun ia mengingatkan agar orangtua tetap memperhatikan masalah nutrisi dengan cara memilih cara memasak yang tidak terlalu banyak menghilangkan gizi.

Bila telur dimasak dengan suhu tinggi, maka campurkanlah potongan-potongan sayur ketika telur sudah setengah matang agar kandungan nutrisinya tidak banyak menguap.  Untuk pemenuhan gizi anak, orang tua diminta menerapkan pedoman prinsip Isi Piringku yang mengandung gizi seimbang. Pedoman Isi Piringku mengacu pada konsumsi pembagian piring makan menjadi 2/3 makanan pokok, 1/3 lauk pauk, 2/3 sayur dan 1/3 buah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya