SOLOPOS.COM - Perbedaan warna air terlihat di dasar Sungai Bengawan Solo akibat tercemar limbah alkohol dan tekstil di Nusupan, Grogol, Sukoharjo, Kamis (9/9/2021). ). Air baku Sungai Bengawan Solo kembali tercemar yang berdampak pada penghentian sementara produksi air bersih Perumda Air Minum Toya Wening Solo dan sejumlah ikan naik kepermukaan sehingga mudah diambil oleh warga. (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Pencemaran air Sungai Bengawan Solo menjadi permasalahan yang terus berulang dari tahun ke tahun. Hal itu lantaran permasalahan itu tidak diselesaikan secara tuntas dari hulu sampai ke hilir.

Pakar lingkungan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Pranoto, mengatakan pencemaran Sungai Bengawan Solo yang berasal dari limbah industri hanya bisa diselesaikan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jateng.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pranoto berpendapat masalah pencemaran tak mungkin bisa diselesaikan di tingkat kabupaten/kota. Hal itu menurutnya karena selama ini instansi di pemerintah kabupaten/kota seperti Dinas Lingkungan Hidup (DLH) dan Dinas Perindustrian justru terkesan melindungi dengan dalih menyelamatkan UMKM.

Ia mencontohkan kasus di Sragen di mana yang memotret pencemaran sungai dan melaporkan ke Pemprov justru petugsa petugas kehutanan, bukan dari pemerinntah daerah. “Pemerintah harus tegas, [pemerintah] provinsi harus turun. Kalau dari kabupaten/kota tidak bisa,” ujar Pranoto seperti diberitakan detikcom, Kamis (9/9/2021).

Baca Juga: Bengawan Solo Tercemar Limbah Ciu, Polda Jateng Turun Tangan

Solusi yang mungkin untuk saat ini, menurut Pranoto, adalah pemerintah membuatkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang memadai untuk industri mikro-kecil. Sedangkan untuk perusahaan besar, harus ada sanks tegas, bahkan bila perlu sampai penutupan usaha, jika tak memiliki IPAL.

Limbah Diolah Jadi Produk Baru

Solusi lainnya, khusus untuk industri ciu, Pranoto mengusulkan limbah etanol itu diolah kembali menjadi produk baru, misalnya pupuk cair. “UNS sudah punya teknologinya. Kami sudah mencoba di kebun di Bekonang,” jelasnya.

Terpisah, Ketua Paguyuban Petani Pengguna Air (P3A) Colo Timur Sukoharjo, Sarjanto, menyayangkan permasalahan pencemaran Sungai Bengawan Solo yang tak kunjung selesai.

“Pencemaran air Sungai Bengawan Solo merupakan problem lama yang hingga kini belum ada solusinya. Permasalahan ini sudah bertahun-tahun namun tak kunjung ada penanganan secara tuntas. Para perajin etanol masih membuang limbah alkohol langsung ke aliran Kali Samin,” kata Sarjanto, kepada Solopos.com, Rabu (8/9/2021).

Baca Juga: Pasar Legi Solo Hampir Rampung Lur, Progres Pembangunan Sudah 81%

Sarjanto mengatakan tak sedikit petani yang memprotes lantaran limbah alkohol yang mengalir ke lahan pertanian bisa mengganggu pertumbuhan tanaman padi.

“Kami sudah sering kali protes namun tidak ada perubahan. Pembuangan limbah alkohol terus terjadi setiap saat. Seharusnya, Pemkab Sukoharjo turun tangan mencari solusi alternatif untuk mengatasi pencemaran air sungai,” ujarnya.

Komentar Gibran

Kini, lanjut Jigong, industri tekstil berskala kecil hingga menengah kian menjamur di sepanjang Kali Samin, Sukoharjo. Para pelaku usaha membeli tanah di pinggir sungai dan mendirikan pabrik untuk memproduksi tekstil.

Mereka mengincar tanah di pinggir sungai lantaran harganya jauh lebih miring dan memudahkan saat membuang limbah produksi. “Dahulu industri tekstil hanya di sekitar Desa Pranan dan Karangwuni. Sekarang jumlahnya berlipat ganda dan bermunculan di wilayah Polokarto bagian timur seperti Desa Kemasan, Tepisari, dan Godog,” ujarnya.

Baca Juga: Kebakaran Hebat Landa di Pabrik Kayu Mojosongo Solo

Sementara itu, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, mengakui IPAL komunal Kampung Batik Laweyan tidak berfungsi optimal. “Solo industri besar nggak ada, industri kecil saja, batik. Di sana ada IPAL juga, tapi kurang optimal. Enggak tahu kenapa,” kata Gibran, Kamis (9/9/2021).

Namun, Gibran menyebut pencemaran Bengawan Solo yang mengakibatkan IPA PDAM Solo setop beroperasi bukan karena industri tekstil di Solo melainkan industri ciu di Sukoharjo. Gibran pun bakal bicara dengan Bupati Sukoharjo soal masalah ini. “Yang terjadi sekarang itu kan dari pabrik Sukoharjo. Nanti saya koordinasi dengan bupati setempat,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya