SOLOPOS.COM - Ilustrasi/dok

Solopos.com, JAKARTA — Pakar keamanan siber mengatakan situs yang dimiliki Polri kerap menjadi sasaran peretas atau hacker.

Peretasan yang dilakukan beragam, mulai dari pengubahan penampilan atau deface, mengubah menjadi situs judi online, bahkan pencurian database personil. Kasus peretasan kali terakhir dilakukan hacker asal Brasil.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Dalam kasus itu, peretas asal Brasil yang menamai dirinya “son1x” mengaku telah berhasil membobol ribuan data personel Polri beserta keluarga. Dia mengunggahnya melalui akun Twitter-nya.

Baca Juga : Terungkap, Mahasiswa UNS Meninggal Setelah Dipukul Replika Senjata

Ekspedisi Mudik 2024

Dilansir Antara, akun Twitter @son1x666 menulis unggahan “Polri-Indonesian National Police Hacked” 28k logins and personal information leaked”. Dalam unggahan tersebut, pemilik akun mencantumkan tiga tautan yang diduga berisi salinan data pribadi anggota Polri yang telah diretas.

Pengguna akan dialihkan ke tampilan website yang diduga dikelola peretas saat mengakses link tersebut. Website akan menyajikan data nama, pangkat, tempat dan tanggal lahir, satuan kerja, status pernikahan, nomor register pokok, dan beberapa data pribadi lain.

Pakar keamanan siber, Pratama Persadha, menyebut situs Polri sudah sering mengalami peretasan. Bahkan menurutnya, database personel Polri masih dijual di forum internet RaidForum dengan bebas oleh pelaku yang mempunyai nama akun “Stars12n”.

Baca Juga : Banjir Terjang 70 Rumah di Cilacap, 50 Warga Mengungsi

Pada forum itu juga diberikan sampel data untuk bisa diunggah secara gratis. Melihat kondisi itu, Pratama menilai Polri semestinya lebih meningkatkan keamanan pada sistem yang mereka miliki.

“Polri harus belajar dari berbagai kasus peretasan yang pernah menimpa institusinya. Agar bisa lebih meningkatkan Security Awareness dan memperkuat sistem yang dimiliki. Rendahnya awareness keamanan siber merupakan salah satu penyebab mengapa banyak situs pemerintah jadi korban peretasan,” kata Pratama dalam keterangan tertulisnya, seperti dilansir Suara.com, Kamis (18/11/2021).

Chairman Communication & Information System Security Research Center (CISSReC) tersebut mengatakan setidaknya kondisi itu bisa dilihat dari anggaran dan tata manajemen yang mengelola sistem informasi. Ia menganggap lembaga yang tidak memprioritaskan keamanan siber maka bisa diartikan penanggung jawab sistem informasi tidak mendapat perhatian besar.

Baca Juga : Profil 2 Triliuner yang Mampu Bayar Utang Indonesia Rp6.000 Triliun

Berbeda dengan di perusahaan teknologi, katanya, sudah ada direktur yang membawahi teknologi dan keamanan siber. Itupun, Pratama menyebut masih mengalami kebobolan akibat peretasan.

“Di tanah air, upaya perbaikan itu sudah ada. Misalnya pembentukan CSIRT [Computer Security Incident Response Team]. CSIRT inilah nanti banyak berkoordinasi dengan BSSN [Badan Siber dan Sandi Negara] saat terjadi peretasan.”

Di sisi lain, Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim Polri tengah mengusut dan mendalami dugaan pembobolan data tersebut. “Ya, sedang ditangani oleh Dittipidsiber Bareskrim. Nanti kalau sudah ada update-nya diinfokan,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Polisi Dedi Prasetyo, saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya