SOLOPOS.COM - Christianto Wibisono. (Dok. Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA — Kabar duka disampaikan ekonom senior Didik J. Rachbini. Ia mengenang Christianto Wibisono yang merupakan seseorang yang terus produktif dan tak kenal lelah dalam mendedikasikan dirinya sebagai cendekiawan, pemikir, dan penulis buku.

“Pada masa reformasi atau pasca-Orde Baru, Christianto Wibisono tetap aktif menuangkan pemikirannya di berbagai media dan menulis buku,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis (22/7/2021).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Didik mengatakan meninggalnya Christianto membuat Indonesia kehilangan seorang ahli ekonomi politik yang sangat rajin menulis buku, dan cukup kritis menuangkan tulisannya berbentuk artikel di berbagai media massa. Bahkan dalam tulisan Sjahrir berjudul Pakar Ekonomi, Kebijakan Ekonomi dan Ekonomi Politik pada 1994, Christianto diakui masuk dalam 25 pakar ekonomi papan atas politik pada masa Orde baru.

Baca Juga: Rayakan Kemerdekaan, 150 Orang Tewas Akibat Penembakan di AS

Ekspedisi Mudik 2024

Ukuran kepakaran Christianto dan 25 pakar sejawat lainnya dipersempit sebagai ahli ekonomi yang rajin menulis dan menuangkan pemikiran khususnya di koran Kompas yang dibaca oleh jutaan warga Indonesia.

Nama Christianto diakui termasuk ke dalam klub 25 ekonom tersebut dan berperan sebagai analis bidang bisnis dan ekonomi politik, meskipun lulus dari Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Indonesia (FISIP) dan bukan fakultas ekonomi.

Pendiri PDBI

Pada masa Orde Baru, Christianto mendirikan Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) yang tidak hanya menyediakan data-data bisnis melalui lembaga tersebut, namun juga aktif menggelar seminar dengan uraian data-data bisnis yang kuantitatif.

“Sekaligus analisa ekonomi politik tentang lingkungan bisnis Indonesia yang kompleks dan bahkan terkandung misteri yang sulit ditebak,” ujar Didik.

Baca Juga: Kasus Harian Covid-19 1.200, Korsel Tingkatkan Pembatasan Sosial

Terlebih lagi, Didik bercerita bahwa bulan lalu Christianto masih terus berkomunikasi dengan dirinya sekaligus mendapat kiriman buku karya Christianto berjudul Kencan Dinasti Menteng yang memiliki tebal 362 halaman.

“Sampai beliau wafat saya tidak pernah mendiskusikan buku ini kecuali di beberapa bagian pemikirannya di grup Whatsapp anggota KEN masa SBY (2009-2014) di mana kita berdua ada di situ,” jelasnya.

Didik menuturkan, pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dirinya bersama Christianto pernah menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN) yang diangkat presiden untuk memberikan saran dan nasehat dalam kebijakan bidang ekonomi.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya