SOLOPOS.COM - Ilustrasi Covid-19 Delta Plus. (Dok. Bisnis)

Solopos.com, SOLO-Covid-19 varian Delta Plus atau AY.4.2. telah ditemukan di Malaysia dan Singapura. Berbagai pertanyaan pun muncul terkait keberadaan Delta Plus di Indonesia.

Menanggapi hal itu, ahli mikrobiologi sekaligus Staf Pengajar Biologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Dr. Mia Miranti, menyampaikan bahwa Covid-19 varian Delta Plus kemungkinan sudah ada di Indonesia. Namun keberadaannya belum terdeteksi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal ini karena Indonesia sudah mulai membuka pintu untuk turis asing, sehingga memperbesar kemungkinan Covid-19 varian Delta Plus masuk ke Indonesia. Karena itu agar tidak semakin menyebar, pemerintah diminta untuk memperketat masuknya turis asing ini.

Baca Juga: Hipertensi Tidak Diobati? 5 Hal Ini Bisa Terjadi di Tubuh Anda

Ekspedisi Mudik 2024

Apalagi coronavirus di Indonesia menurut data terakhir hanya berkisar 1.500-1.800 tes per bulan.  Menurut Mia, ini juga tidak jelas di kota mana atau di daerah mana.

“Apalagi sejauh ini Indonesia sudah mulai membuka pintu untuk turis asing. Apakah turis asing ini dipantau persinggahannya di mana saja sebelum ke Indonesia? Ini juga dapat menjadi penyebab masuknya virus varian Delta Plus,” kata Mia melalui pesan teks seperti dikutip dari Liputan6.com, Kamis (11/11/2021).

Mengingat perkiraan tersebut, maka Mia menyarankan untuk tetap memperketat masuknya turis asing maupun warga negara Indonesia (WNI) yang hendak masuk ke Indonesia sebagai bentuk antisipasi. “Antisipasi yang dapat dilakukan sebaiknya tetap memperketat masuknya turis asing maupun wni yang baru pulang dari luar negeri.”

Ia menambahkan, walau sudah divaksinasi lengkap, virus varian Delta Plus dapat menular tanpa menimbulkan gejala penyakit. Kendati demikian tetap bisa menularkan pada orang lain.

Baca Juga: Sabet Pemeran Utama Pria Terbaik FFI 2021, Chicco Kurniawan Bangga

Mia juga mengatakan bahwa Delta Plus lebih berbahaya dari varian Delta karena 10 persen lebih cepat menular daripada varian Delta yang masih mewabah sekarang. Kasus gelombang Covid-19 yang sedang berlangsung di dunia 90 persennya akibat varian Delta. “Virus varian delta plus mengalami mutasi K41N di protein spike, mengakibatkan ikatan antara spike virus dengan ACE2 menjadi lebih cepat. Delta Plus juga dapat meningkatkan risiko rawat inap pada pasien,” jelasnya.

Dari sisi efektivitas vaksin, menurut Mia, vaksin adalah antigen yang dimasukan dalam tubuh dengan tujuan agar tubuh membentuk antibodi. Sedang, varian Delta Plus akan melemahkan kemampuan mengikat antibodi, artinya ikatan antibodi dengan protein yang mengikat virus menjadi lemah sehingga virus dapat tetap menginfeksi.

“Adapun obat molnupiravir menurut riset Kabinger et al [2021] dari jurnal Nature Structural & Molecular Biology, diketahui meningkatkan frekuensi mutasi RNA virus dan mengganggu replikasi SARS-CoV-2 pada model hewan dan manusia.”

Mia mengimbau untuk tetap menggunakan masker guna mencegah penularan baik pada orang yang telah divaksinasi maupun yang tidak divaksinasi. “Dalam beberapa kasus, untuk tenaga medis dan orang dengan imunokompromising [orang yang antibodinya tidak terbentuk walaupun sudah mendapat 2 dosis vaksin] perlu ditambahkan booster vaksin,” bebernya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya