SOLOPOS.COM - Ilustrasi proyek pembangunan jalan (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo telah mencanangkan tahun infrastruktur pada 2014. Untuk itu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jateng 2014 difokuskan pada pembangunan infrastruktur jalan.

Dari total APBD Jateng 2014 senilai Rp13,9 triliun, alokasi dana infrastruktur jalan mencapai Rp1,22 triliun, bila ditambah dengan bantuan kuangan pemerintah desa dan bantuan kabupaten/kota senilai Rp2,04 triliun, maka total dana untuk infrastruktur mencapai Rp3,26 triliun. Pembangunan infrastruktur jalan, langsung dibidik Gubernur Ganjar Pranowo karena kondisi jalan di Jateng, terutama jalur pantai utara (pantura) banyak yang rusak, berlubang.

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital

Sehingga ketika ditanya wartawan tentang program pertama yang akan dikerjakan, setelah dilantik menjadi Gubernur Jateng perpasangan dengan Wakil Gubernur, Heru Sujatmoko, pada 23 Agustus 2013, Ganjar menjawab dengan tegas akan menambal jalan. Kerusakan jalan, pantura Jateng mulai Brebes sampai Rembang, semakin parah, setelah diterjang banjir pada Januari-Februari 2014.

Kepala Dinas Bina Marga Jateng, Bambang Nugroho mengungkapkan kerusakan jalan nasional di jalur pantura akibat banjir mencapai 136 km atau 30 persen dari total jalan 409,53 km. Sedang jalan provinsi yang rusak mencapai 475,56 km atau 18,54 persen dari total ruas jalan sepanjang 2.565,62 km.

Ekspedisi Mudik 2024

Untuk memperbaiki jalan nasional dan provinsi yang rusak, menurut Bambang membutuhkan dana sekitar Rp266 miliar.

Perbaikan jalan-jalan yang rusak memang perlu dilakukan, karena hal itu akan mendukung kelancaran transportasi antara daerah di Jateng, serta antarprovisi. Hanya saja, gubernur sebaiknya tidak hanya fokus pada perbaikan infrastruktur jalan rusak saja, karena sebenarnya ada pembangunan infrastruktur jalan prestisius yang sampai sekarang belum rampung.

Ya, pembangunan jalan tol Semarang-Solo sekitar 75,8 km  yang melintasi enam daerah yakni Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Boyolali, Karanganyar, dan Sukoharjo. Jalan bebas hambatan yang digagas sejak era Gubernur Jateng, Mardiyanto, mulai dikerjakan pada 2009 dengan nilai investasi senilai Rp7 triliun. Pekerjaan pembangunan jalan tol Semarang-Solo yang merupakan bagian dari jaringan jalan tol Trans Jawa, ditargetkan rampung pada 2014.

Untuk melaksanakan pekerjaan jalan tol Semarang-Solo dilakukan PT Trans Marga Jateng (TMJ). PT TMJ merupakan salah satu anak perusahaan Jasa Marga yang berpatungan dengan PT. Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Provinsi Jateng.

Sudah tiga Gubernur Jateng berganti, yakni Mardiyanto, Ali Mufiz, dan Bibit Waluyo, namun, pembangunan jalan tol Semarang-Solo baru merampungkan seksi I Semarang-Ungaran 11,3 km.
Jalan tol Semarang-Ungaran telah dioperasionalkan secara komersil pada era Gubernur Bibit Waluyo, pada 17 November 2011.  Sekarang pekerjaan pembangunan jalan tol sudah masuk seksi II, Ungaran-Bawen sekitar 11,9 km dan diharapkan pada Maret 2014 sudah bisa dioperasionalkan.

Masih ada tiga seksi lagi yakni, masing-masing seksi III Bawen-Salatiga sekitar 18,2 km, seksi IV Salatiga-Boyolali sekitar 22,8 km, dan  seksi V Boyolali-Karanganyar sekitar 11,6 km.
Ganjar Pranowo mendapatkan tantang apakah bisa merampungkan pembangunan jalan tol Semarang-Solo sesuai target pada 2014 ?

Perhatian Serius

Wakil Ketua DPRD Jateng, Abdul Fikri Faqih, menyatakan pembangunan infrastruktur jalan tol Semarang-Solo harus mendapatkan perhatian serius gubernur.

”Penyelesaian jalan tol Semarang-Solo bisa menjadi simbol keberhasilan Ganjar dalam pembangunan infrastruktur jalan,” katanya. Masyarakat juga sangat berharap jalan tol tersebut segera rampung, karena sudah lama menderita terjebak kemacetan arus lalu lintas di jalur utama Semarang-Ungaran-Bawen.

Dari pangamatan Solopos. com, kemacetan di jalan utama Semarang-Ungaran-Bawen, terutama pada waktu pagi jam berangkat pekerja pabrik dan  sore atau petang saat jam pulang pekerja pabrik, karena jalanan dipenuhi pekerja.

Sebab, sepanjang jalan Semarang-Ungaran-Bawen, berdiri sejumlah pabrik besar antara lain PT Apac Inti Corpora, Ungaran Sari Garment, Nissin, Batamtex, Coca-Cola, dengan jumlah tenaga kerja puluhan ribu orang. ”Sudah biasa saat jam masuk kerja dan pulang kerja pabrik, jalanan selalu macet, karena dipenuhi pekerja,” ungkap seorang pengendara motor bernama Angga.

Kapasitas jalan Semarang-Ungaran-Bawen sudah tidak dapat menampung jumlah kendaraan yang melintasi, sehingga kerap terjadi kemacetan panjang, bila jalan terhambat pekerja atau kecelakaan lalu lintas. Akibat kemacetan tersebut jarak tempuh dari Semarang ke Solo, dan sebaliknya dari Solo ke Semarang bisa mencapai tiga jam lebih. Pada waktu arus mudik Lebaran, bahkan bisa mencapai tujuh jam lebih.

Salah satu solusi mengatasi kemacetan ini, pemerintah membangun jalan tol Semarang-Solo. Adanya jalan bebas hambatan, maka waktu tempuh perjalan dari Semarang ke Solo,  atau sebaliknya dari Solo ke Semarang bisa ditempuh sekitar 1,5 jam, sehingga menghemat bahan bakar minyak (BBM) dan tenaga.

Tidak kalah pentingnya, kelancaran transportasi tersebut juga membawa dampak meningkatkan perekonomian, tidak hanya bagi warga Semarang dan Solo, tapi juga daerah penyangga. Meningkatkan perekonomian, akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo yang energik, semoga tidak melupakan untuk menyelesaikan pembangunan jalan tol Semarang-Solo.

Bila Gubernur Ganjar telah berkomitmen, bahwa 2014 sebagai tahun infrastruktur, maka tidak ada alasan untuk tidak menuntaskan pembangunan jalan tol Semarang-Solo pada 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya