SOLOPOS.COM - Gubernur Jateng Ganjar Pranowo berdialog dengan Parti warga di sekitar Museum Sangiran, Sragen, Kamis (16/11/2017). (Istimewa/Humas Pemprov Jateng)

Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo mengunjungi kompleks Museum Sangiran Sragen.

Solopos.com, SRAGEN — Ratusan warga yang berkumpul di Klaster Ngebung, Komplek Museum Purbakala Sangiran, Kamis (16/11/2017) bersiap mendengarkan sambutan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Tapi setelah dipersilahkan pembawa acara, Ganjar justru turun panggung.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ia mendatangi seorang ibu tua yang duduk di barisan paling depan. Dengan lembut, Gubernur berambut putih ini membungkukkan badan dan mengajak bicara. Parti, 72, penerima bantuan rumah tidak layak huni (RTLH), Kartu Jateng Sejahtera (KJS) dan listrik murah dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Dalam rilis yang dikirim Humas Pemprov Jateng, kepada Ganjar, Parti menceritakan hidupnya yang sebatang kara dan tak lagi bekerja penglihatannya bermasalah. Mendengar itu Ganjar kemudian meminta seorang dokter untuk memeriksa mata Parti dan ternyata ia sakit katarak. Ganjar lalu menawarkan bantuan untuk biaya operasi, sayangnya dibujuk berapa kali pun Parti tetap tidak mau. “Kulo wedi pak (Saya takut pak),” ucap Parti.

Akhirnya Ganjar mengalah dan menanyakan apa yang dinginkan Parti. Mendengar pertanyaan Ganjar, Parti justru diam saja. Lalu Ganjar mengatakan akan memberikan kompor dan perabot rumah tangga. Parti kemudian mengangguk tanda setuju lalu nyeletuk. “Nuwun kecap nggih pak (minta kecap ya pak),”.

Spontan ucapan Parti itu membuat Ganjar dan warga yang hadir tertawa. Kemudian Parti ditanya apa lagi yang dibutuhkan. Ibu tua itu lalu meminta dibelikan dingklik (bangku kecil).

Mendengar permintaan Parti, Ganjar mengaku heran dan salut. “Saya salut, karena mintanya malah hal-hal yang sederhana,” ungkapnya.

Menurutnya permintaan warga yang ia temui memang kadang tidak sesuai bayangan. Sebagai gubernur ia bisa membangunkan rumah dan memberi mobil misalnya. “Tapi inilah rakyat Jawa Tengah ternyata untuk bahagia kadang tidak perlu aneh-aneh, cukup kecap dan dingklik saja,” kata dia.

Ganjar kemudian memanggil petugas Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) untuk membelikan kebutuhan ibu tersebut di hari itu juga. “Meski mintanya kecap tok tetap tak beri kompor, beras, minyak dan perabot lainnya biar bisa masak,” lanjutnya.

Para perangkat desa yang hari itu hadir diminta Ganjar untuk membantu pengentasan kemiskinan. Caranya dengan mendata warga miskin di wilayah masing-masing.

“Jika warga sekitarnya mampu mari diajak bareng-bareng membantu, kalau tidak maka ajukan ke saya untuk dibantu,” katanya.

Pemprov Jateng saat ini memang tengah gencar bergotong- royong mengentaskan kemiskinan. Antara lain melalui pembangunan RTLH dan KJS. Tahun ini, Pemporv Jateng meningkatkan pembangungan RTLH hingga 550 persen.

Tahun 2017, Pemprov Jateng menganggarkan pembangunan 20.027 RTLH. Anggaran RTLH ini naik tajam dibanding sebelumnya. Yakni 2344 rumah pada tahun 2013, 3800 tahun 2014, 2680 tahun 2015 dan 3601 pada tahun 2016.

“RTLH di Jateng masih sangat banyak, dengan penanganan biasa tentu akan sulit. Makanya saya minta ada akselerasi, tahun ini 20.000 lebih kita bangun. Maka saya ajak ayo kita memerangi kemiskinan sekaligus aktifkan gotong royong warga untuk membantu tetangganya yang kesusahan,” kata Ganjar.

Gotong royong dalam membangun RTLH ungkap Ganjar sudah dilakukan di sejumlah daerah. Pembangunan RTLH itu bisa dilakukan melalui swadaya masyarakat sekitar atau bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan.

Selain bantuan pembangunan RTLH, Pemprov Jateng juga memberikan bantuan pada warga miskin melalui KJS bagi warga miskin, warga tidak produktif dan tidak bekerja, manula serta pengidap penyakit kronis. Para penerima KJS ini merupakan warga yang luput dari bantuan apapun yang dikeluarkan pemerintah. l

Tahun ini, total sudah ada 12.864 KJS yang dibagikan pada warga miskin. “Mereka ini luput dari pendataan, akhirnya bantuan apapun baik PKH, KIS, dan jaminan lain kelewat terus. Nah saya minta yang gini gini didata, ternyata banyak sekali,” kata Ganjar.
Penerima KJS sendiri berhak atas bantuan Rp 250 ribu perbulan. Dana bisa diambil setiap enam bulan sekali di kantor kecamatan setempat. Dana berasal dari APBD 2017 senilai total Rp 38,29 miliar. Tahun 2016 lalu, KJS juga diberikan untuk 12.764 warga.(*)

Pembangunan RTLH di Jateng
Tahun 2013  2.344 unit
Tahun 2014  3.800 unit
Tahun 2015  2.680 unit
Tahun 2016  3.601 unit
Tahun 2017  20.027 unit

Data KJS
Tahun 2016  12.764 warga
Tahun 2017  12.864 warga
Sumber: Pemprov Jateng

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya