SOLOPOS.COM - Pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara yang jadi sasaran pertama pajak karbon. (ebtke.esdm.go.id)

Solopos.com, SOLO – Pemerintah terus berupaya menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK) guna mengurangi dampak perubahan iklim. Implementasi pajak karbon bukan sekadar mitigasi perubahan iklim, tetapi juga upaya menumbuhkan perekonomian.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan implementasi pajak karbon tetap akan berlangsung pada tahun ini. Implementasi pajak karbon yang jadi amanat Undang-undang Harmonisasi Peraturan Perpajakanitu telah mundur dua kali dari rencana awal. Ulasan lengkap tersaji di Pajak Karbon, Upaya Mitigasi Perubahan Iklim Sekalian Tumbuhkan Ekonomi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tiga orang warga korban erupsi Gunung Semeru 2021 berjalan kaki dari Lumajang ke Jakarta dan mengadu ke Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM).  Mereka mengadukan dampak penambangan pasir di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Komnas HAM mengingatkan agar tragedi pembunuhan Salim Kancil jangan terjadi lagi.

Ekspedisi Mudik 2024

Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara bersama Analis Pengaduan Masyarakat Komnas HAM Fatwa Hidayah menemui tiga orang warga Kabupaten Lumajang itu di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Senin (11/7/2022). Penjelasan lengkap bisa dibaca di Komnas HAM: Tragedi Pembunuhan Salim Kancil Jangan Terulang.

 Krisis moneter yang menghantam Indonesia pada 1998 memaksa Salim Group menjual beberapa perusahaan seperti PT Indocement Tunggal Perkasa, PT BCA, dan PT Indomobil Sukses Internasional. Salim Group segera bangkit hingga bisnis makin menggurita.

Anda suka makan mi instan? Merek mi instan apa yang sering Anda makan? Apakah Indomie, Sarimie, atau Supermi? Tiga merek mi tersebut dikeluarkan oleh perusahaan yang sama: PT Indofood Sukses Makmur atau jamak dikenal dengan Indofood. Perusahaan ini bergerak di bidang makanan dan minuman sejak 1990. Uraian lengkap bisa dibaca di Sempat Kewalahan Hadapi Krisis, Bisnis Salim Group Kini Kian Menggurita.

Keris Kanjeng Kiai Naga Siluman merupakan keris milik Pangeran Diponegoro yang dikisahkan sering dilempar ke Laut Kidul, namun kembali lagi. Setelah 189 tahun berada di tangan Belanda, keris itu akhirnya dikembalikan ke tanah air pada Maret 2020 lalu.

Saat Pekan Keris Nusantara yang digelar 20-25 November 2021, keris tersebut dipajang di Museum Keris Nasional di Solo. Keris Kanjeng Kiai Naga Siluman terbuat dari besi hitam dan memiliki 11 luk. Gandik-nya berbentuk kepala naga, badan naga memanjang mengikuti bilah. Ulasan lengkap tersaji di Kisah Keris Kiai Nogo Siluman Milik Pangeran Diponegoro dan Laut Kidul.

Semua berita di atas bisa dibaca hingga tuntas di kanal Espos Plus. Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan pembahasan dengan sudut pandang tajam, komprehensif, dan berdata lengkap. Konten premium menyajikan analisis mendalam atas suatu topik. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya