SOLOPOS.COM - Radjiman Wedyodiningrat (wikipedia.org)

Nama dokter Radjiman Wedyodiningrat terselip dalam lembaran sejarah Indonesia. Publik pun tidak mengingat benar siapa pria yang dimakamkan di daerah Sleman tersebut.

“Saya pernah dengar nama dokter Radjiman tapi saya tidak tahu di mana ia dimakamkan dan perannya di masa lalu,” kata Teguh, 21, salah seorang mahasiswa yang ditemui harianjogja.com, Minggu (10/11/2013) siang di salah satu warung burjo, Jalan Magelang, Mlati, Sleman.

Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk

Teguh, yang berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di kawasan Jalan Ring Road Utara itu tak tahu kalau sepelemparan batu dari tempat ia bersantap tersebut, terletak makam dokter Radjiman Wedyodiningrat yang baru saja ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Nama Radjiman selalu terselip, bahkan hingga ke liang lahat. Ia dimakamkan di kompleks Taman Makam Pahlawan Wahidin Sudirohusodo, Mlati.

Tokoh tersebut sejatinya merupakan tokoh pergerakan nasional, meski kiprahnya tak setenar Soekarno-Hatta. Ia merupakan salah satu pendiri Boedi Oetomo dan sempat menjadi ketua organisasi itu periode 1914-1915.

Ia juga mewakili Boedi Oetomo menjadi anggota dewan Volksraad bentukan Belanda sampai 1931. Radjiman memiliki andil besar dalam usaha mencapai kemerdekaan Indonesia dengan menjadi Ketua Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Ia menjadi pemantik diskusi perihal dasar negara.

Dalam sidang PPKI, dokter Radjiman menanyakan dasar negara Indonesia. Dan kelak setelah merdeka, pertanyaannya itu dijawab Bung Karno dengan uraian tentang pancasila.

Uraian tersebut diyakini pernah ditulis Radjiman Wedyodiningrat dalam sebuah pengantar penerbitan buku Pancasila yang pertama pada 1948 di Desa Dirgo, Widodaren, Ngawi.

Perannya kemudian meredup dan meninggal hampir satu dasawarsa setelah proklamasi yakni 1952 di Ngawi. Di kabupaten itulah ia membaktikan dirinya sebagai dokter.

Sejarawan UGM, Joko Suryo menilai dokter Radjiman kurang dikenal luas karena karakternya yang tidak ingin menonjolkan diri. Dokter Jawa tersebut tipe pria yang sedikit berbicara tapi banyak bekerja.

“Banyak hal yang bisa dipelajari generasi muda dari karakter dokter Radjiman yakni seorang intelektual tapi peduli nasib rakyat, dan aktif mengikuti pergerakan politik serta tidak melupakan perannya sebagai dokter yang melayani masyarakat kecil, tanpa pamrih,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya