SOLOPOS.COM - Ahmad Saifuddin (Solopos/Istimewa)

Kamis (7/10/2021) saya melihat berita di salah satu stasiun televisi swasta. Berita tersebut menyajikan peristiwa 59 remaja yang dibaiat oleh Negara Islam Indonesia di Garut, Jawa Barat.

Negara Islam Indonesia (NII) bukan kelompok atau organisasi yang baru dalam sejarah kebangsaan dan keagamaan di Indonesia. NII pernah menjadi organisasi penentang pemerintah di masa Ir. Soekarno menjadi presiden Republik Indonesia dan bertujuan untuk menegakkan syariat Islam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kala itu, NII dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo yang merupakan salah seorang sahabat Ir. Soekarno. Namun pada masa berikutnya Kartosoewirjo dianggap memberontak dan diburu. Setelah Kartosoewirjo ditanngkap pada 4 Juni 1962 di wilayah Gunung Rakutak, Jawa Barat, pemerintah Indonesia kemudian menghukum mati Kartosoewirjo pada 5 September 1962 di Pulau Ubi, Kepulauan Seribu, Jakarta.

Sejak itu, organisasi NII dianggap bisa ditumpas. Namun, pemikirannya tidak pernah benar-benar hilang. Pemikiran tidak pernah bisa mati, sehingga hendaknya tetap perlu diwaspadai. Hal ini disebabkan pemikiran bisa disebarluaskan dalam bentuk lain selain organisasi dan dengan cara bawah tanah. Sehingga, peristiwa 59 remaja yang dibaiat oleh NII itu bisa terjadi.

Ekspedisi Mudik 2024

Hal menarik yang menjadi perhatian bersama bahwa organisasi keagamaan yang menyimpang sering kali menyasar remaja sebagai target utama. Bukan hanya organisasi keagamaan yang menyimpang, namun juga jaringan terorisme atas nama agama.

Terdapat beberapa alasan remaja menjadi target utama bagi penyebarluasan paham keagamaan yang menyimpang. Remaja—meskipun tahap perkembangan remaja tidak diakui dalam perspektif psikologi Islam—memiliki karakteristik yang unik dibanding anak-anak dan dewasa.

Individu yang menginjak remaja memiliki kecenderungan meninggalkan masa kanak-kanak dan menuju fase dewasa. Di satu sisi, remaja belum mampu meninggalkan masa kanak-kanak sepenuhnya, namun juga belum berhasil menginjak fase dewasa secara total.

Dengan kata lain, remaja menjadi masa transisi dari fase kanak-kanak dan dewasa. Oleh karena itu, individu remaja akan masih memiliki sebagian sifat remaja sambil kemudian berupaya belajar menuju fase dewasa.

Salah satu hal krusial dalam remaja adalah pencarian identitas diri. Remaja memiliki kecenderungan mencari figur dan kemudian menjadikannya sebagai model. Sehingga, remaja akan menginternalisasikan karakter dan sifat dari figur tersebut.

Pada titik ini, remaja membutuhkan figur dalam proses pembentukan identitas diri. Kondisi tersebut menyebabkan remaja memiliki kerentanan yang tinggi untuk terpengaruh figur yang memiliki paham keagamaan yang menyimpang namun terkesan ideal.

Jika memahami religiositas pada fase remaja, remaja rentan mengalami konflik agama. Konflik agama yang dimaksud adalah perasaan dan pikiran yang meragukan agama dan keberagamaan yang dianutnya. Kerentanan remaja terhadap konflik agama dapat dimaklumi.

Selain disebabkan oleh aktor perkembangan model berpikir dan berperasaan, juga disebabkan karena remaja mengalami perluasan interaksi. Perluasan interaksi ini yang kemudian menyebabkan remaja mengenal dunia secara lebih luas, termasuk agama dan corak keberagamaan.

Di satu sisi, remaja ingin agama menjadi solusi dari setiap permasalahan yang dialaminya. Namun, kemudian remaja ternyata menyadari dan berprasangka bahwa corak keberagamaan yang dianutnya tidak membantu penyelesaian masalah kehidupannya.

Kemudian, di sisi lain, remaja mengenal corak keberagamaan lain yang dianggapnya lebih ideal. Dinamika kejiwaan semacam ini yang kemudian menyebabkan remaja mengalami konflik agama. Pada titik ini, remaja memiliki kerentanan yang tinggi untuk kemudian terpengaruh paham-paham yang menyimpang.

Berdasarkan dinamika remaja tersebut, dapat dipahami bahwa paham keagamaan yang menyimpang harus menjadi perhatian bersama. Bahkan, perhatian yang paling besar terhadap paham menyimpang tersebut harus diawali oleh keluarga. Ketika remaja membutuhkan figur sebagai role model, maka orang tua dapat berperan menjadi figur ideal bagi remaja. Sehingga, remaja tidak akan mudah terpengaruh oleh figur lain.

Orang tua membutuhkan keterampilan dalam hal ini, misalkan keterampilan membumikan agama, keterampilan menjadi contoh, dan keterampilan komunikasi. Selain itu, keluarga atau orang tua juga hendaknya hadir ketika remaja mengalami konflik agama. Bahkan, jauh sebelum itu terjadi, keluarga dapat menginternalisasi nilai keagamaan dan corak keberagamaan yang kuat pada anak.

Hari Ini Dalam Sejarah: 7 Agustus 1949, Negara Islam Indonesia Berdiri

Keluarga khususnya orang tua dapat mengajarkan keteguhan memegang prinsip keberagamaan yang dianut pada satu sisi, namun juga mengajarkan moderatisme terhadap berbagai paham keagamaan yang lain di sisi lain. Sehingga, remaja tidak akan mudah terpengaruh oleh paham lain, namun juga tidak bersikap radikal. Selain itu, keluarga juga perlu mempersiapkan remaja untuk menghadapi dunia keberagamaan yang sangat beragam dan luas, sehingga remaja tidak rentan mengalami konflik agama.

Pemerintah juga dapat berperan untuk terus menerus memperbaiki kinerja dan sistem. Hal yang perlu dipahami bahwa paham yang menyimpang sering kali menggunakan kerusakan sistem dan buruknya kinerja pemerintah sebagai alasan untuk memperkuat doktrin mereka dan mempengaruhi orang lain. Di sisi lain, remaja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya menginginkan implementasi sistem pemerintah yang berkualitas–jika tidak mungkin mencapai ideal.

Akhirnya, kita memahami bahwa permasalahan paham menyimpang tidak selalu hanya menangani para pelakunya. Penanganan para pelaku menjadi solusi penting. Namun, menjadikan paham menyimpang sebagai perhatian bersama sehingga melahirkan berbagai solusi preventif di tingkat keluarga sampai pemerintah juga menjadi solusi yang tak kalah penting.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya