SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Sragen (Espos)–Museum Rekor Indonesia (Muri) kembali mencatat rekor nasional pagelaran wayang kulit dengan 24 pakeliran di 20 kecamatan dan melibatkan 61 dalang, 103 sinden dan 444 pengrawit di Kabupaten Sragen, Rabu (26/5) malam.

Berdasarkan pencapaian rekor itu, Sragen berhasil menumbangkan rekor yang diraih Kabupaten Nganjuk yang hanya menggelar 20 pakeliran, 35 dalang, 65 sinden dan 360 pengrawit April 2009 lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Penyampaian rekor Muri disampaikan perwakilan Muri Widayati bersama empat orang perwakilan Muri lainnya. Widayati juga memberikan piagam muri yang ditandatangani Ketua Muri Jaya Suprana kepada Pemkab Sragen dan Dewan Kesenian Daerah Sragen (DKDS). Piagam itu diterima langsung Bupati Sragen Untung Wiyono dan Ketua DKDS Sidang Widodo di Auditorium Sukowati, Rabu malam.

“Manajemen Muri menyampaikan salam hangat Jaya Suprana. Sebelumnya kami pernah mencatat museum rekor dunia untuk Sragen. Tidak hanya hari ini (kemarin-red), tahun 2006 lalu Sragen sempat memecahkan rekor replika mangkok terbesar, pertunjukan grup reog dengan peserta anak luar biasa pada Juli 2009 dan posyandu terbanyak serentak di 20 kecamatan, 208 desa. Setelah mengunjungi 20 kecamatan, Kami emenemukan 24 lokasi di 20 kecamatan, 61 dalang, 103 sinden dan 444 pengrawit di Sragen. Rekor tersebut tercatat Muri nomor urut ke 4303,” tukas Widayati.

Terpisah, Ketua Harian DKDS Sidang Widodo mengungkapkan, semua pagelaran wayang kulit dilaksanakan dengan anggaran yang terbatas. Masing-masing penitia di tingkat kecamatan, terangnya, hanya mengeluarkan anggaran Rp 3,5 juta. Kalau dikalkulasi, kata dia, dana itu hanya untuk sewa perangkat gamelan dan panggung.

“Kami dan semua seniman Sragen sepakat tidak mendapatkan honorarium sedikit pun. Namun ada dua kecamatan yang menyelenggarakan wayang kulit secara unik, yakni pegelaran wayang kulit di Kedawung dengan alat musik tretek. Pagelaran di Ngrampal alat musiknya cukup campur sari,” paparnya.

Bupati Untung Wiyono memberi apresiasi tersendiri kepada DKDS yang mampu menggelar wayang kulit dengan dana minimalis dan mampu meraih Muri. Bupati merasa bangga, dengan semangat gotong royong ternyata mampu menghasilkan prestasi nasional. “Itulah indahnya semangat gotong royong. Semua bias terlaksana jika semua kesulitan disangga bersama,” pungkasnya.

trh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya