SOLOPOS.COM - Kaur Pembangunan Desa Tijayan, Kecamatan Manisrenggo,Klaten, Agus Purwanto, 40, menunjukkan padi terserang penyakit busuk leher malai (Pyricularia grisea) di areal persawahan Sekolah Lapang Pengeloaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Kamis (21/2/2013). (Ivan Andimuhtarom/JIBI/SOLOPOS)


Kaur Pembangunan Desa Tijayan, Kecamatan Manisrenggo,Klaten, Agus Purwanto, 40, menunjukkan padi terserang penyakit busuk leher malai (Pyricularia grisea) di areal persawahan Sekolah Lapang Pengeloaan Tanaman Terpadu (SLPTT), Kamis (21/2/2013). (Ivan Andimuhtarom/JIBI/SOLOPOS)

KLATEN–Petani di Desa Tijayan, Kecamatan Manisrenggo, Klaten mulai resah karena tanaman padi mereka di lahan seluas 25 hektare yang masuk dalam program Sekolah Lapang Pengeloaan Tanaman Terpadu (SLPTT) terserang penyakit busuk leher malai (Pyricularia grisea).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akibatnya, kerugian petani ditaksir mencapai lebih dari Rp300 juta karena hasil panen mereka menurun drastis dibanding periode lalu.

Ketua kelompok tani Mulyo, Sumarjo Dwijo Hartono, 73, ketika ditemui wartawan di lokasi persawahan setempat, Kamis (21/2/2013), mengatakan para petani sebenarnya telah mengikuti petunjuk Dinas Pertanian dalam pengelolaan pertanian. Namun, kini, para petani merasa resah karena padi di sawah mereka terserang busuk leher malai.

“Awalnya, tanaman sudah terlihat bagus. Saat bulir padi mulai muncul, barulah leher batang padi menjadi kering dan bulir padi menjadi kopong (tak berisi). Hal itu mulai terjadi setelah ada angin kencang beberapa waktu lalu,” paparnya.

Dengan kondisi ini, kata dia, para petani diperkirakan hanya mendapat hasil panen sekitar 20 persen. Ia pun berharap pemerintah dapat memberi imbalan sekadarnya kepada para petani agar mereka bisa bangkit pada musim tanam mendatang.

Seorang petani RT 008/RW 003, Dukuh Tegalrejo, Marno Diharjo, 63, dijumpai wartawan di sela-sela panen, Kamis, mengatakan hasil panennya menurun drastis. Pada musim panen lalu, ia mengaku mendapat sepuluh karung gabah. Sedangkan kini, ia hanya menjadi empat karung. “Saya tidak ikut dalam program SLPTT. Saya pasrah saja. Semua usaha sudah saya lakukan,” ujarnya.

Semnetara Kaur Pembangunan Desa Tijayan, Agus Purwanto, 40,  mengatakan dalam hitungan kasar, kerugian petani di lahan SLPTT ditaksir mencapai lebih dari Rp300 juta. Selain serangan penyakit busuk leher, tambah dia, sebagian padi di lahan  lain di wilayahnya juga mengalami gangguan jamur. “Ada yang kena jamur, ada yang kena bakteri dan ada pula yang terkena hama sundep. Kami berharap, periode tanam mendatang pemerintah dapat membantu para petani sehingga kejadian ini [serangan panyakit busuk leher malai] dapat diantisipasi,” ungkapnya.

Sementara itu, Koordinator PPL Manisrenggo, Kartini, ketika dihubungi Espos, Kamis, menjelaskan penyakit busuk leher malai dapat terjadi karena adanya kelembaban tinggi. Tingginya curah hujan, menurutnya menjadi salah satu penyebab serangan jamur tersebut ke padi milik para petani.

“Penyakit ini membuat sari-sari makanan dari bawah tidak bisa mengalir ke malai. Akibatnya, malai kering dan bulir padi kopong. Kalau sudah telanjur diserang penyakit ini, sampai saat ini memang belum ada obatnya. Yang bisa dilakukan adalah upaya pencegaha.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya