SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN  – Pascapembakaran Pasujudan Santri Luwung, Padepokan Bumi Arum di Dukuh Bedowo, Jetak, Sidoharjo, Sragen, Sabtu (23/11/2013) sore, ratusan warga masih mendatangi kawasan tersebut. Mereka penasaran terhadap kondisi padepokan saat ini.

Padepokan Bumi Arum Sragen

Pasujudan Santri Luwung Padepokan Bumi Arum Sragen, Minggu (24/11/2013), pascadibakar massa. (Ika Yuniati/JIBI/Solopos)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan pantauan Solopos.com, sejumlah warga terlihat berbincang di bagian depan padepokan serta salah satu puing bangunan di bagian dalam padepokan. Garis polisi yang sudah dipasang di tempat tersebut tak menghalangi rasa penasaran warga untuk melihat kerusakan yang ada di padepokan.

Ekspedisi Mudik 2024

Sejumlah warga yang ada di lokasi enggan dikonfirmasi ihwal kondisi padepokan. “Saya orang rantau baru saja pulang. Tahu-tahu ini sudah hancur. Tidak tahu penyebabnya apa,” ungkap salah satu warga.

Sementara, pihak perangkat desa yang dikonfirmasi terkait kondisi terakhir di Bedowo enggan berkomentar banyak. “Yang jelas sudah kondusif,” jelas Kepala Desa Jetak, Siswanto, saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Senin (25/11).

Di sisi lain, Laskar Umat Islam Surakarta (LUIS) meminta polisi fokus pada persoalan yang menjerat pemilik padepokan, Anto Miharjo atau Gus Anto.

“Sudah kami sampaikan lewat Wakapolres sebaiknya persoalan tidak melebar. Fokus saja ke Gus Anto, tolong dekati dia. Tanah segera diberikan ke pemilik,” kata Pelaksana Humas LUIS, Endro Sudarsono.

Disampaikannya, permasalahan yang semakin melebar dengan melibatkan banyak pihak justru tak bakal menyelesaikan persoalan. Pihaknya juga menilai tindakan melawan warga tak menguntungkan. “Melawan warga itu tidak menguntungkan. Karena warga sudah berani,” terangnya.

Pihaknya menyayangkan sikap pemkab tak kunjung menggempur bangunan padepokan. “Pemkab punya hak menggempur, tetapi sampai saat ini tidak dilaksanakan,” ungkapnya.

Lebih jauh, pihaknya kembali menegaskan pembakaran yang dilakukan Sabtu dipicu sikap aparat yang membawa paksa salah satu warga terkait perusakan yang sebelumnya terjadi di padepokan.  “Itu kan baru dengar. Dia ini sebagai saksi atau tersangka kan belum jelas. Ini yang menjadi pemicu warga,” urai dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya