SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Realisasi pendapatan asli daerah (PAD) dari pengelolaan sejumlah pasar tradisional oleh Dinas Pengelolaan Pasar (DPP) Solo baru mencapai sekitar 52% meski waktu efektif tahun anggaran 2013 tinggal 2,5 bulan lagi.

Terkait kondisi tersebut, kalangan Komisi III, pesimistis pendapatan di DPP yang ditargetkan Rp20 miliar bisa tercapai 100%.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ketua Komisi III, Honda Hendarto, mengatakan kendala belum bisa difungsikannya sejumlah kios dan los yang menjadi salah satu sumber pendapatan di DPP merupakan alasan klasik. Harusnya hal itu sudah bisa diatasi lantaran menjadi persoalan setiap tahunnya.

“Kalau soal pendapatan masih memprihatinkan. Sampai akhir September realisasi DPP baru 52%. Kalau seperti ini tidak bisa tercapai 100% di akhir tahun anggaran. Kinerja DPP harus ditingkatkan,” katanya saat rapat kerja (raker) dengan DPP di DPRD Solo, Selasa (8/10/2013).

Anggota Komisi III, Suranto, menyampaikan dari tahun ke tahun pendapatan di DPP terus menurun. “2012 lalu itu pendapatan terealisasi Rp17 miliar. Sekarang, sampai akhir Oktober baru mencapai Rp10 miliar-an. Nilai ini untuk mencapai Rp15 miliar hingga akhir tahun anggaran saja sulit. Sejak dulu kan kami sudah sarankan untuk pendapatan terutama dari kios-kios pasar itu kurang sosialisasi ke pedangang,” ungkapnya.

Sementara itu, Kabid Pendapatan DPP Solo, Sigit Prakoso, menyampaikan belum optimalnya capaian pendapatan lantaran masih adanya tunggakan dari pengelolaan kios dan los di sejumlah pasar. Los dan kios di sejumlah pasar tradisional juga masih sepi peminat. Selain itu, sejumlah titik reklame di halaman pasar juga belum termanfaatkan.

Dia menjelaskan sejumlah titik reklame sudah dua kali lelang namun belum ada peminat. Disampaikannya, titik reklame seperti di Pasar Ayu, Pasar Notoharjo, Pasar Kembang dan Pasar Singosaren memiliki potensi pendapatan mencapai Rp250 juta.

Terkait potensi tunggakan serta kios dan los yang belum termanfaatkan, pihaknya menyampaikan tunggakan kios di Pasar Notoharjo mencapai Rp650 juta. Pasar Pucangsawit masih terdapat potensi tunggakan los dan kios serta sejumlah los yang masih kosong mencapai Rp1,3 miliar.

Pasar Triwindu masih terdapat tunggakan kios Rp27,3 juta. Sementara, di Pasar Legi potensi pendapatan dari tunggakan serta kios dan los yang belum laku mencapai Rp1,8 miliar.

“Kendala yang kami hadapi sebenarnya lebih banyak pada pendapatan nonretribusi. Kalau pendapatan retribusi sebenarnya sudah mencapai 60% lebih,” tambah dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya