SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Bisnis Jabar/JIBI)

Ilustrasi (Bisnis Jabar/JIBI)

JOGJA—Harga gabah di DIY mulai merangkak naik seiring masuknya masa paceklik komoditas ini pada penghujung tahun. Serapan beras oleh badan Urusan Logistik (Bulog) juga mengalami penurunan.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Petani Desa Sidomulyo Godean, Sleman, Jumeni kepada Harian Jogja Kamis (13/12/2012) mengungkapkan, sejak seminggu terakhir harga Gabah Kering Pungut (GKP), Gabah Kering Giling (GKG) hingga beras merangkak naik.

Ekspedisi Mudik 2024

Harga GKP dari sebelumnya hanya Rp3.400 per kilogram menjadi Rp3.700. GKG dari harga Rp4.400 per kilogram naik menjadi Rp4.700 serta beras dari tingkat petani yang seminggu lalu hanya Rp6.900 kini mencapai Rp7.300 per kilogram.

Kenaikan komoditas gabah dan beras lantaran luas lahan panen padi yang semakin sedikit menuju penghujung tahun. Dari total 150 hektare lahan di Sidomulyo, kini hanya sekitar 10 hektare lahan yang masih panen. Sesuai siklus musim tanam, pada periode Desember seperti sekarang petani baru memulai menanam padi.

Adapun panen raya khusus untuk tanaman palawija yang ditanam saat kemarau lalu. “Kalau Desember sampai nanti Februari memasuki masa paceklik padi. Padi baru mulai ditanam sekarang, jadi baru panen Maret nanti,” terang Jumeni.

Harga gabah dan beras dipastikan masih terus melonjak. Puncaknya pada Januari dan Februari mendekati masa panen padi pada Maret. Saat itu diprediksikan harga beras di tingkat petani saja mencapai hingga Rp8.000 per kilogram, GKP diperkirakan naik menjadi Rp5.200 serta GKP mencapai hingga Rp4.700 per kilogram.

Kendati memasuki masa paceklik gabah dan beras, Jumeni mengakui, khusus di DIY pasokan padi masih mencukupi untuk kebutuhan pangan. Justru sebagian besar petani di tempatnya menjual gabah ke luar daerah seperti Jakarta selain sebagian digunakan untuk konsumsi pribadi. Hanya saja harganya menjadi lebih mahal.

Kian menipisnya stok gabah di tingkat petani diakui Kepala Perwakilan Bulog DIY, Darsono Imam Yuwono. Darsono menyatakan, menipisnya pasokan padi ditandai dengan semakin menurunya serapan gabah Bulog dari petani. Saat ini perhari, Bulog hanya mampu menyerap rata-rata 75 ton beras. “Padahal dulu pas panen raya rata-rata sehari bisa menyerap 300-600 ton beras. Kalau paceklik seperti ini serapan memang rendah,” urai dia.

Bulog masih menanti hingga Maret mendatang untuk kembali mendongkrak volume serapan gabah. Namun Darsono memastikan, meski paceklik lembaganya saat ini masih menyimpan 20.000 ton beras yang cukup untuk kebutuhan warga miskin hingga April tahun depan.

“Sekarang masih ada stok 20.000 ton beras sampai April, sementara Maret nanti panen padi lagi pasokan bisa bertambah, jadi nggak khawatir soal beras,” lanjutnya. Padahal, Bulog membeli gabah sesuai harga yang ditetapkan pemerintah yakni di bawah Rp6.600 per kilogram.

Darsono menambahkan, mengantisipasi dampak paceklik beras yang kerap memicu kenaikan harga secara tak wajar, Bulog siap mengadakan Operasi Pasar (OP) selama ada permintaan dari Pemda atau Pemkot. Harga beras OP dijual Rp6.800 per kilogram. OP di antaranya bertujuan untuk menyetabilkan harga beras di pasaran. Adapun sampai saat ini belum ada Pemda atau Pemkot yang mengajukan OP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya