SOLOPOS.COM - Ilustrasi ban (Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA–Pabrikan ban China melakukan ekspansi ke Asia Tenggara. Langkah ini diprediksi mengancam dominasi industri ban nasional.

Hal itu diduga karena adanya subsidi dari pemerintah Negeri Tirai Bambu kepada pabrikan tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) menyatakan pabrikan China melakukan ekspansi ke Thailand dan Vietnam. Asosiasi mencatat Pemerintah Amerika Serikat telah mengenakan bea masuk tambahan sebesar 217 persen untuk pabrikan China di Thailand dan 33 persen untuk pabrikan ban dari Vietnam.

"Indonesia harus hati-hati dalam pelaksanaan Intra Asean Trade karena yang dihadapi itu bukan sesama [pabrikan] ban dari Asia Tenggara, tapi dari raksasa ekonomi dari China yang telah relokasi pabriknya ke Asia Tenggara," ujar Ketua Umum APBI Azis Pane dalan keterangan resmi, seperti dikutip dari Bisnis.com, Senin (1/6/2020).

China Mau Buru Alien di Luar Angkasa, Buat Apa?

Azis melanjutkan ancaman itu ditambah telah dibukanya 5 juta hektare kebun karet baru di Myanmar, Laos, Kamboja, dan Vietnam. Kebun karet di negara-negara tersebut akan menjadi pemasok bahan baku pabrik-pabrik.

Azis menyarankan lima hal yang harus dilakukan pemerintah untuk melindungi pasar ban domestik dan meningkatkan daya saing.

Instrumen Perlindungan

Pertama, penyesuaian tarif gas ke level US$6/mmbtu sesuai Peraturan Presiden (Perpres) No. 40/2016. Kedua, penghapusan pajak penambahan nilai (PPn) sebesar 10 persen dalam pembelian karet alam sebagai bahan baku industri ban. Ketiga, penyetujuan revisi standar nasional indonesia (SNI) ban.

Azis menilai persetujuan revisi SNI tersebut penting sebagai instrumen perlindungan teknis industri ban dari serbuan ban China. Selain itu, lanjutnya, SNI tersebut dapat menunjukkan kualitas produk ban lokal di pasar global.

"Persetujuan revisi ini melalui surat keputusan Menteri Perindustrian telah cukup lama ditunggu oleh APBI," ucapnya.

CEO Playstation: PS5 Itu Game Mahal!

Keempat, persetujuan aturan good manufacturing product (GMP) untuk industri vulkanisir. Kelima, rekomendasi kepada asosiasi untuk mengumpulkan data produksi pabrikan setidaknya sejak 2018.

Di sisi lain, Azis mendata utilitas industri ban nasional saat ini turun ke bawah level 60 persen. Menurutnya, halt tersebut disebabkan oleh tertundanya ekspor ban dalam bentuk ban maupun suku cadang otomotif dan berhentinya penjualan domestik

Azis menyatakan pemberlakuan protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang tidak seragam membuat sebagian pabrikan ban menghentikan proses produksi, sementara sebagian lagi mesih menjalankan mesin dengan utilitas rendah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya