SOLOPOS.COM - Ilustrasi pabrik gula (Farid Syafrodhi/JIBI/Solopos)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

KLATEN–Mesin masih gunakan sistem karbonisasi, Pabrik Gula (PG) Gondang Baru di Desa Plawikan, Kecamatan Jogonalan, Klaten, membutuhkan dana ratusan miliar untuk mesin baru.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Pergantian mesin terutama dilakukan untuk mesin yang masih menggunakan sistem karbonasi, yakni pemurnian air tebu dengan cairan kapur dan gas CO2.

Pasalnya hanya di PG itulah yang masih menggunakan mesin karbonasi dalam mengolah cairan nira menjadi gula. Sementara PG lain baik di Indonesia maupun di luar negeri, sudah menggunakan mesin dengan sistem sulfitasi dan defekasi.

Sistem sulfitasi yakni proses pemurnian dengan cairan kapur dan gas sulfur. Sedangkan sistem defekasi yakni proses pemurnian hanya menggunakan cairan kapur. “Kebanyakan PG di Indonesia menggunakan sistem sulfitasi,” ujar Administratur PG Gondang Baru, Bambang Sutrisno, Minggu (3/6/2012).

Menurut Bambang, sistem karbonatasi kurang efisien karena menggunakan bahan kokas yang harganya mahal. Kokas digunakan untuk memanaskan tobong kapur. Saat ini pihaknya sedang mengajukan permohonan pengalihan dari sistem karbonatasi menjadi sulfitasi kepada direksi.

PG Gondang Baru sendiri saat ini memiliki sembilan mesin ketel berkapasitas rendah. Mesin tersebut bisa menggiling 1.350 ton tebu per hari. Untuk satu mesin ketel berkapasitas 30 ton, harganya bisa mencapai Rp50 miliar. Bila semua ketel diganti, maka dana yang dibutuhkan mencapai ratusan miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya