SOLOPOS.COM - Ilustrasi PHK. (Freepik)

Solopos.com, SRAGEN – Guncangan pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri garmen dan tekstil tidak terjadi di Kabupaten Sragen meski ada pengurangan produksi.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Sragen, Muh. Yulianto pada Solopos.com, Jumat (4/11/2022). “Kemarin ada info ada pabrik yang mengurangi produksi, tapi setelah kami cek, karyawan masih bekerja, belum ada pengurangan,” terangnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Saat disinggung mengenai apakah pengurangan produksi tersebut disebabkan oleh maraknya produk impor, ia mengaku belum melakukan kajian secara komprehensif. Ia menyebut pengurangan produksi itu terkait kondisi ekonomi. “Saat ini masih kami pantau bagaimana perkembangan pabrik garmen di Sragen,” terang Yulianto.

Diberitakan sebelumnya, pelaku industri tekstil mengaku tertekan akibat banjir produk impor serta pukulan beruntun dari penurunan pesanan hinga naiknya harga bahan baku. Tak pelak lagi, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali menimpa para pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa mengatakan saat ini industri TPT sedang mengalami penurunan utilisasi atau pemanfaatan. Hal ini merupakan imbas dari perang Rusia-Ukraina yang membuat konsumsi masyaraakt Eropa dan Amerika Serikat melesu.

Baca Juga: Tuntut Upah Naik 13%, Buruh Jateng Singgung Ganjar Siap Capres 2024

Sementara itu, pasar domestik kembali dibanjiri produk impor. “Inflasi di berbagai negara itu sudah mencapai dua digit dan ada perlemahan mata uang, ini yang membuat daya beli mereka juga menurun dan kebutuhan tekstil ini bukan kebutuhan primer,” kata Jemmy seperti dilansir Bisnis.com, Rabu (2/11/2022). Dia memprediksi penurunan kinerja industri ini akan berlanjut pada 2023 jika tidak ada antisipasi dan langkah yang diambil pemerintah.

Sementara itu, Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Produk Tekstil Jawa Barat Yan Mei melaporkan per Oktober 2022 tercatat sebanyak 55.000 pekerja dikenakan PHK dan 18 perusahaan tutup dari 14 kabupaten/kota di Jawa Barat yang melaporkan. Jumlah itu diperkirakan akan terus bertambah.

“Sudah ada 14 kabupaten/kota yang memberikan laporan mengenai pengurangan atau putus kontrak. Kurang lebih yang kena PHK itu hampir 55.000 dan yang tutup ada 18 perusahaan,” kata Yan Mei dalam konferensi pers ‘Badai PHK di Industri TPT, Produsen Minta Pemerintah Turun Tangan’, Rabu (2/11/2022).

Baca Juga: Gelombang PHK Diperkirakan Belum Akan Berhenti, Pengangguran Berpotensi Tambah

Dari 18 perusahaan yang tutup, setidaknya 9.500 pekerja terkena dampak. Jika ditotal, dari pengurangan dan putus kontrak hingga saat ini tercatat sebanyak 64.000 pekerja dari 124 perusahaan. Yan Mei memprediksi angka tersebut akan terus bertambah mengingat kondisi kinerja tekstil yang semakin menurun. Sebagai pengusaha yang fokus di industri garmen, dia mencatat terjadi penurunan pesanan hingga 50 persen dari bulan April 2022.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya