SOLOPOS.COM - Perajin menyelesaikan pembuatan gerabah di salah satu tempat produksi di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Rabu (17/3/2021). (Istimewa/Sukanta)

Solopos.com, KLATEN – Pandemi Covid-19 justru membuat perajin gerabah di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten panen rezeki. Demam tanaman hias memberi mereka berkah kebanjiran order pot.

Melikan dikenal sebagai sentra perajin gerabah terutama di wilayah Dukuh Pagerjurang. Tangan-tangan kreatif mereka mampu membentuk tanah liat menjadi aneka barang seperti peralatan dapur, pot bunga, guci, dan barang-barang lainnya. Mereka secara turun temurun memproduksi gerabah dan terus melestarikan teknik pembuatan gerabah putaran miring yang dikenal hingga ke luar negeri.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Sekretaris Desa (Sekdes) Melikan, Sukanta, menceritakan saat awal pandemi Covid-19 mulai Maret 2020 silam, kerajinan gerabah lesu. Produksi nyaris macet menyusul permintaan menurun drastis kisaran 60-70 presen. “Dua bulan saat awal pandemi itu benar-benar sangat terpengaruh,” kata Sukanta saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (17/3/2021).

Baca Juga: Air yang Bisa Dibakar di Karanganyar Ternyata Bisa Sembuhkan Alergi Kulit

Setelah dua bulan terpuruk, order mulai berdatangan. Tak disangka, permintaan justru membeludak dengan jenis produk pot bunga laku keras. Jenis pot bunga yang dipesan beragam bentuk dan ukuran. Teknik pembuatan juga beragam dari putaran miring, tegak, serta dicetak tergantung ukuran dan bentuk.

Tingginya permintaan itu seiring seruan di rumah saja hingga aktivitas budi daya tanaman naik daun. Peningkatan order melebihi pesanan sebelum pandemi Covid-19 melanda. Persentase permintaan meningkat 30-40 persen.

Para perajin berlomba-lomba memproduksi pot bunga. Selain laku keras, pot bunga menjadi produk yang relatif mudah dibikin oleh warga setempat.
Gerabah karya warga Melikan beredar ke berbagai daerah seperti Jakarta, Bandung, Lampung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Bali, hingga diekspor meski proses pemasaran ke luar negeri tak dilakukan langsung para perajin di desa tersebut.

“Pot itu prosesnya cepat sementara harganya lagi bagus. Proses pembuatan pot itu relatif hanya dua kali proses yakni pembuatan dan penghalusan. Sementara, kalau yang lain masih ditambah pemberian gagang dan penghalusan lagi,” jelas dia.

Kian tingginya permintaan pot membuat produksi jenis barang lainnya yang rutin dibikin perajin mulai terabaikan. Padahal, permintaan jenis produk lain itu juga mulai berdatangan. Seperti produk peralatan rumah tangga meliputi kendi, tempat sambal, wajan, cobek, dan lain-lain. Pesanan-pesanan itu datang dari rumah makan hingga hotel.

“Memang produk lain saat ini jadi agak kacau karena alhamdulillah di pot sendiri sudah laku keras. Mudah-mudahan jenis produk lain dua bulan kedepan kembali bisa diproduksi secara rutin,” jelas Sukanta yang juga perajin gerabah.

Perajin Bertambah

Tingginya permintaan membuat jumlah perajin bertambah. Sebelum ada pandemi Covid-19, jumlah perajin gerabah di Melikan sekitar 200 orang. Setelah permintaan pot meningkat, ada 8-10 keluarga yang merintis menjadi perajin baru. “Tambahan itu tidak hanya dari daerah sentra [Pagerjurang]. Perajin baru itu berasal dari daerah sekitar sentra,” ungkap dia.

Sukanta berharap para perajin gerabah tetap mendapatkan pendampingan terutama proses pemasaran. Dia pun sepakat jika pemerintah mewajibkan perusahaan besar bekerja sama dengan UMKM.

“Jangankan ke Jogja atau Solo, daerah kami dari pusat kota di Klaten itu berjarak 10-12 km. Selama ini kalau peminat tidak datang langsung kan susah. Kami berharap ada pelatihan IT untuk pemasaran dan promosi produk kami sehingga bisa dilakukan dari rumah sambil tetap berproduksi,” ungkap dia.

Baca Juga: Awet dan Bagus! Ini Dia Rahasia Sukses Bisnis Helm Custom Milik Oki

Salah satu perajin gerabah di Melikan, Waris Sartono, 30, mengatakan saat awal pandemi produksi gerabah macet total. Dia lantas membikin terobosan membuat pot motif lukisan tangan karyanya sendiri.

“Alhamdulillah bisa untuk tombo stres. Akhirnya pot natural membeludak permintaannya. Kalau sekarang untuk pot natural sudah menurun order. Tetapi untuk pot motif alhamdulillah masih diberi order terus,” kata Waris.

Waris juga menyampaikan jumlah perajin saat pandemi justru bertambah. Tambahan perajin itu berasal dari warga yang tidak merantau gegara pandemi atau terkena PHK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya