SOLOPOS.COM - Ilustrasi orangutan di pulau tengah kolam Taman Satwa Taru Jurug (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Tiga orangutan Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) yang berada di “pulau” di tengah kolam di taman satwa itu  akan dievakuasi. Langkah tersebut dilakukan untuk mengkaji lebih dalam kondisi lingkungan habitat setelah kematian dua orangutan sebelumnya, yakni Kirno dan Pebi.

Direktur Utama TSTJ, Lilik Kristianto, ketika dijumpai Solopos.com, Minggu (29/6/2014), mengaku khawatir dengan kondisi lingkungan yang tidak baik dikhawatirkan dapat menyebabkan kematian  orangutan yang lain. Karena itu, pihaknya akan memindahkan tiga orangutan, yakni Didi, Tori dan anaknya yang masih berada di tengah “pulau” ke tempat karantina.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pemindahan ini sementara sambil menunggu hasil investigasi kematian dua orangutan sebelumnya,” ujarnya.

Lilik mengatakan tim investigasi dengan melibatkan tim ahli dari Universitas Gadjah Mada (UGM), pakar Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) dan dokter hewan TSTJ akan mengkaji dan meneliti kondisi lingkungan habitat pulau. Di antaranya kualitas air pulau atau makanan dan lain sebagainya. Selain itu mengkaji kondisi satwa TSTJ dan fasilitas kandang.

Hal ini guna mengetahui secara pasti penyebab kematian kedua orangutan titipan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Nantinya, Lilik menambahkan ketiga orangutan akan dikarantina  dan selanjutnya dipindahkan ke kandang lama yang kini ditempati pasangan orangutan,  Doni dan Yeti. “Doni dan Yeti nanti bisa dipindahkan ke luar dulu. Kalau semua sudah baik, manajemen koleksi satwa kita laksanakan lagi. Kami sudah punya rencana koleksi untuk lima tahun atau jangka panjang,” imbuhnya.

Lilik juga menuturkan tidak menutup kemungkinan koleksi titipan BKSDA maupun dari masyarakat yang berjumlah sekitar 40 ekor akan dipindahkan ke luar TSTJ. Namun langkah ini masih menunggu koordinasi dengan BKSDA. Saat ini, Lilik menambahkan Perusda TSTJ akan fokus pembangunan fasilitas konservasi dan penguatan manajemen konservasi.

Termasuk, imbuhnya, melibatkan tim ahli satwa dari luar. Setelah fasilitas untuk satwa itu baik, selanjutnya tinggal pengadaan satwa. Dalam skala yang lebih besar, penataan TSTJ masuk ke rencana pembangunan TSTJ, salah satunya pembangunan yang melibatkan investor. Dikatakannya, keterlibatan investor sangat diperlukan untuk memenuhi pembangunan TSTJ, kecuali jika Pemerintah Kota (Pemkot) yang akan membangun. “Kami sudah menyiapkan master plan pengembangan TSTJ, baik lima tahun maupun jangka panjang,” tuturnya.

Sementara itu,  Kepala Seksi (Kasi) BKSDA Wilayah I Jawa Tengah, Johan Setiawan,  ketika dihubungi  Solopos.com, mengatakan evaluasi menyeluruh terhadap manajemen pengelolaan konservasi TSTJ harus dilakukan. Hal itu termasuk dengan mengusut kematian dua koleksi orangutan titipan BKSDA. Menurut dia, keberadaan orangutan di “pulau” harus evakuasi sementara waktu. Johan mengatakan kasus kematian Kirno dan Pebi harus menjadi bahan evaluasi menyeluruh.

“Orangutan di TSTJ itu kan masih ada yang ditempatkan di “pulau”. Itu harus dievakuasi dulu ke tempat lain. “Pulau” atau airnya, kandang dan lain sebagainya harus dicek. Jangan sampai ada kasus kematian lagi,” tukasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya