SOLOPOS.COM - ilustrasi dokter anak (Bony Eko Wicaksono/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO -- Selama hidupnya seseorang mengalami tiga fase di mana imunitas turun. Dua fase di antaranya terjadi saat usia anak atau belum dewasa.

Dokter anak di RS dr. Oen Kandang Sapi, Solo, dr. Wildan Sp.A, menjelaskan ada tiga fase di mana imunitas seseorang turun. Tiga fase tersebut adalah anak berusia bawah lima tahun (balita), saat anak memasuki usia akil balig, dan dewasa tua.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Usia akil balig itu antara 9 tahun-15 tahun, atau usia SD hingga SMP. Sehingga di rentang usia tersebut, anak sangat berisiko tertular atau terpapar virus corona. Di samping imunitas turun, juga mereka cenderung tidak mematuhi protokol kesehatan," jelas dr. Wildan ketika dihubungi Solopos.com, Jumat (5/6/2020).

Mau Pulang ke Negaranya, Bule Italia di Salatiga Malah Positif Covid-19

Ekspedisi Mudik 2024

Fakta imunitas anak turun ini seharusnya menjadi pertimbangan utama sejumlah pihak dalam mengatur perilaku anak menuju era new normal.

Menurut dia, risiko anak tertular atau terpapar virus corona jenis baru atau Covid-19 sama tingginya dengan orang dewasa.

Apalagi jika anak tersebut tidak mematuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Misalnya, mengenakan masker, menjaga jarak, dan sering mencuci tangan dengan sabun.

Lengkap! Ini Rencana New Normal di Solo: Dari Sekolah Sampai Ibadah

Fenomena sekarang ini ketika anak-anak liburan, mereka berkerumun atau nongkrong di suatu tempat. Selain tidak memerhatikan jaga jarak atau physical distancing, banyak anak yang tidak mengenakan masker.

Fenomena itu mengkhawatirkan sebab sebagian besar anak-anak itu dalam fase akil balig sehingga imunitas anak dalam kondisi turun.

Terciduk Indehoi di Hotel Melati Klaten, 5 Pasangan Kumpul Kebo Cuma Disanksi Wajib Lapor

Orang Tua Harus Mengawasi

Oleh karena itu, menurut dr. Wildan, peran orang tua sangat besar dalam menjaga anak agar tidak tertular virus corona. Orang tua harus selalu mengawasi ke mana anak mereka bermain, apakah mengenakan masker, menjaga jarak, dan tidak bersentuhan dengan orang lain secara langsung.

"Yang saya lihat, ketika anak-anak berada di dekat orang tua, seperti saat mengaji di masjid, mereka patuh mengenakan masker dan jaga jarak. Namun begitu selesai dan nongkrong bareng teman-temannya, masker tidak lagi dipakai. Tidak lagi jaga jarak," ujar dr. Wildan.

Duh, 8 Tenaga Kesehatan di Solo Positif Covid-19, Sumber Penularan Masih Jadi Misteri

Sebelumnya, Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, mengatakan razia anak usia sekolah yang bermain di mal, taman kota, maupun tempat-tempat keramaian lainnya bakal efektif mulai Senin (8/6/2020) mendatang. Aturan teknis terkait hal itu berupa peraturan wali kota (perwali).

Rudy, sapaan akrabnya, mengatakan salah satu yang paling krusial dalam perwali tersebut adalah mengatur aktivitas anak usia sekolah. Berdasarkan masukan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan IDI (Ikatan Dokter Indonesia), anak sekolah baru bisa bertatap muka pada Desember.

Selain itu, mereka juga merekomendasikan agar anak balita dan anak usia sekolah tidak pergi ke mal, toserba, tempat wisata, tempat bermain, dan taman kota. Larangan ini tentunya terkait kondisi imunitas anak yang turun di fase tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya