Orang Lansia Rentan Gangguan Jiwa

<p lang="zxx"><b>Solopos.com, SOLO &ndash; </b>Selama ini, gangguan jiwa dianggap sebagai penyakit berbahaya yang memalukan. Padahal, tidak semua penderita gangguan jiwa melakukan hal-hal yang agresif. Perubahan suasana hati, hingga merasa putus asa menjadi tanda seseorang mengalami gangguan mental. Sayangnya, kondisi seperti ini sering disepelekan, khususnya pada orang lansia.</p><p lang="zxx">Banyaknya pengalaman hidup membuat orang lansia menolak serta malu jika disebut menderita <a href="http://lifestyle.solopos.com/read/20180906/485/938155/waspada-semua-orang-berisiko-katarak">gangguan</a> jiwa. Padahal, berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia (WHO), 20 persen orang lansia mengalami gangguan jiwa. Perlu diperhatikan, yang termasuk kategori lansia di sini adalah orang berusia 60 tahun ke atas.</p><p lang="zxx">Dokter ahli kejiwaan RSUD dr. Moewardi Solo, I Gusti Bagus Indro Nugroho, dalam <i>talkshow Bincang Kesehatan </i><span>bersama radio </span><i><span>Solopos FM, </span></i><span>Kamis (6/9/2018), siang, menjelaskan, </span><span>orang </span><span>lansia biasanya tidak merasa menderita gangguan jiwa. Hal ini terjadi karena tanda seorang lansia menderita gangguan jiwa sulit dikenali. </span></p><p lang="zxx"><span>"Gangguan jiwa pada </span><span>orang </span><span>lansia sulit dikenali. Sebab, biasanya tanda-tandanya dianggap sebagai proses penuaan yang wajar terjadi kepada semua orang. </span><span>Orang</span><span> lansia juga sering tidak merasa mengalami gangguan jiwa. Sebab, mereka merasa sudah banyak pengalaman dalam kehidupan. Sehingga mereka malu atau menolak mengakui jika disebut mengalami <a href="http://lifestyle.solopos.com/read/20180809/485/932945/gila-belanja-tanda-gangguan-mental">gangguan jiwa</a>," terang Indro Nugroho. </span></p><p lang="zxx"><span>Indro Nugroho menambahkan, sulit tidur menjadi salah satu tanda seorang lansia mengalami gangguan jiwa. Bagi yang bisa bertahan dengan menyesuaikan diri biasanya memanfaatkan kondisi ini untuk melakukan hal positif. Sementara mereka yang tidak mampu menyesuaikan diri akan mengalami gangguan lain seperti nafsu makan berkurang dan merasa cemas. </span></p><p lang="zxx"><span>"</span><span>Banyak orang lansia merasa sulit tidur sebagai hal biasa. Bagi mereka yang muslim dan religius bisa saja memanfaatkan hal ini dengan zikir atau membaca Alquran. Tapi, kalau yang tidak bisa menyesuaikan diri dengan gangguan ini akan mengalami keluhan lain, salah satunya nafsu makan berkurang," sambung dia. </span></p><p lang="zxx"><span>Selama ini, kebanyakan orang meyakini tingkah </span><span>manusia </span><span>lansia yang seperti anak kecil adalah wajar. Namun, sebenarnya hal itu merupakan pertanda seorang lansia mengalami <a href="http://lifestyle.solopos.com/read/20180601/485/919532/cek-kesehatan-jiwa-kamu-lewat-tes-sederhana-ini">tekanan mental</a> yang memerlukan penanganan khusus. </span></p><p lang="zxx"><span>"Selama ini mungkin banyak orang menganggap tingkah laku </span><span>manusia </span><span>lansia seperti anak kecil adalah hal biasa. Padahal, hal itu sebenarnya perlu pengobatan dan penanganan khusus," sambung Indro Nugroho. </span></p><p lang="zxx"><span>Gangguan jiwa yang paling umum dialami </span><span>seorang</span><span> lansia adalah demensia alias pikun. Meski penurunan daya ingat sangat wajar, namun jika dibiarkan bakal berbahaya. "</span><span>Orang l</span><span>ansia biasanya pikun. Kalau dibiarkan bisa jadi lebih berbahaya. Jadi, sebaiknya mulai dari usia produktif kita semua melatih daya ingat dengan cara menghafal dan mencatat berbagai hal penting. </span><span>Seorang</span><span> lansia bisa melatih daya ingat dengan mengisi teka-teki silanng (TTS). Meski sepele, ternyata mengisi TTS cukup ampuh meningkatkan daya ingat,</span><span>" sambung Indro Nugroho. </span></p><p lang="zxx"><span>Selain itu, </span><span>seorang </span><span>lansia juga rentan mengalami depresi dan kecemasan. Hal ini terjadi karena </span><span>orang </span><span>lansia cenderung merasa kesepian, entah kehilangan pasangan hidup atau merasa tidak ada yang bisa mengerti dirinya. Sayangnya, kondisi tersebut biasanya diabaikan begitu saja. </span></p><p lang="zxx"><span>"</span><span>Orang l</span><span>ansia cenderung merasa kesepian. Mereka biasanya mulai kesulitan mengutarakan keluh kesah karena merasa tidak ada yang bisa mengerti perasannya. Tapi, mereka seringkali gengsi untuk mengatakan hal tersebut yang akhirnya menjadi tertekan," lanjut Indro Nugroho. </span></p><p><span lang="zxx"><span>Depresi juga bisa dipicu oleh obat penurun tekanan darah yang biasa dikonsumsi lansia. Namun, tidak semua </span></span><span lang="zxx"><span>orang </span></span><span lang="zxx"><span>lansia mengalami hal tersebut. Masalah kesehatan jiwa terjadi secara alami dan tidak bisa dihindari oleh setiap manusia, apalagi yang memasuki usia senja. Indro Nugroho menyarankan kepada </span></span><span lang="zxx"><span>orang </span></span><span lang="zxx"><span>lansia untuk memperbanyak bersosialisasi untuk menjaga kesehatan jiwa. </span></span></p><p><span lang="zxx"><span>"</span></span><span lang="zxx"><span>Manusia</span></span><span lang="zxx"><span> lansia ini semestinya tidak membatasi kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat. Coba ikut olahraga bersama tetangga di lapangan terbuka agar hidup terasa lebih bahagia. Pokoknya aktivitas bermasyarakat jangan dikurangi. Ini membantu meningkatkan </span></span><span lang="zxx"><i><span>mood,</span></i></span><span lang="zxx"><span>" tegasnya. </span></span></p><p><span lang="zxx"><span>Terakhir, Indro Nugroho berpesan </span></span><span lang="zxx"><span>agar manusia lansia tidak perlu malu berkonsultasi dengan dokter ahli jiwa. Sebab, gangguan jiwa sulit dikenali. "Jangan malu. Semua orang berpotensi menderita gangguan jiwa. Termasuk dokter ahli jiwa," pungkasnya.</span></span></p><p></p>

Promosi Kecerdasan Buatan Jadi Strategi BRI Humanisasi Layanan Perbankan Digital