SOLOPOS.COM - Irma Nur Afifah (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — International Monetery Fund (IMF) dalam World Economic Outlook 2022/2023 mengungkapkan perekonomian Indonesia diprediksi akan tetap moncer meski isu resesi global menyeruak.

Hal ini tercermin dari angka pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi berada pada level moderat, yaitu pada kisaran 5%. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka pertumbuhan ekonomi sesuai prediksi yaitu pada triwulan II tahun 2022 mencapai 5,45% (year on year atau yoy) dan triwulan II tahun 2022 makin menguat hingga mencapai 5,72% (yoy).

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

Prediksi pertumbuhan ekonomi negara-negara yang tergabung dalam G20 tak sebaik Indonesia dengan angka pertumbuhan di bawah 2%, antara lain, perekonomian Amerika Serikat diproyeksikan tumbuh 1,6%, Jerman 1,5%, dan Jepang 1,7%.

Situasi perekonomian global kian tak menentu akibat perang Rusia dan Ukraina yang belum selesai. Gelombang isu krisis terus bergaung. Terbatasnya pasokan energi di berbagai sektor strategis sangat berdampak pada perekonomian.

Ekspedisi Mudik 2024

Belakangan isu resesi dunia pada 2023 makin santer diberitakan. Inflasi tinggi telah terjadi di banyak negara,yang mengakibatkan kenaikan tingkat suku bunga. Bank Sentral Amerika Serikat  atau The Fed, misalnya, menaikkan tingkat suku bunga mencapai 3,00% hingga 3,25%.

Pada November 2022 suku bunga yang diterapkan The Fed naik lagi sebesar 75 basis poin, menjadi 3,75% hingga 4,00%. Hal ini sebagai upaya menurunkan inflasi tertinggi sepanjang 40 tahun terakhir.

Apabila inflasi tak kunjung turun, dapat diperkirakan terjadi stagflasi, yang merupakan kondisi lebih rawan dibandingkan resesi. Meski keduanya merupakan efek buruk bagi perekonomian, stagflasi dinilai lebih parah dibanding resesi. Bagaimana kondisi Indonesia yang diperkirakan masih eksis meski resesi global melanda?

Stagflasi adalah periode perlambatan atau stagnasi perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi. Inflasi tinggi disebabkan pasokan input barang yang minim dan berimbas pada kelangkaan output.

Hukum ekonomi menyebut manakala barang langka maka harga meningkat yang berdampak daya beli masyarakat akan menurun. Konsumsi atau pengeluaran menjadi terbatas. Nilai uang yang dibelanjakan sama, tetapi memperoleh barang yang lebih sedikit.

Kontraksi

Resesi adalah periode ketika pertumbuhan ekonomi mengalami kontraksi, setidaknya dalam kurun dua kuartal berturut-turut. Keduanya memang merupakan kondisi yang buruk bagi perekonomian, namun stagflasi bisa lebih parah dampaknya.

Inflasi yang tinggi dan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) yang melambat atau bahkan stagnan berdampak kondisi ekonomi perlahan-lahan semakin memburuk. Saat ekonomi dalam situasi tidak baik-baik saja, seperti saat pandemi Covid19 yang melanda pada  2020 lalu, perusahaan-perusahaan mulai melakukan pemutusan kerja (PHK) bagi karyawan secara masif.

Hal ini tentu berdampak pada angka pengangguran yang semakin tinggi. Hal inilah yang mencirikan stagflasi, yaitu tingkat inflasi dan pengangguran yang tinggi. Resesi ekonomi diprediksi terjadi tahun depan.

Menteri keuangan Sri Mulyani memproyeksikan perekonomian dunia akan memasuki jurang resesi. Dia juga menyampaikan bahwa tahun depan resesi global akan melanda negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat.

Hal ini dipicu bank-bank sentral yang secara masif menaikkan tingkat suku bunga sebagai salah satu respons terhadap inflasi yang tinggi. Selain itu, kondisi krisis energi akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai dan perang Rusia-Ukraina memengaruhi kondisi ekonomi global yang kian tak menentu.

Dampak resesi yang langsung terasa adalah kenaikan harga-harga. Kenaikan harga berdampak pada industri dan ritel yang berimbas pada pengurangan karyawan karena biaya operasional yang tidak cukup.

Kenaikan harga juga berpengaruh terhadap penurunan daya beli masyarakat. Meski demikian, pemerintah berupaya melalui tim pengendali inflasi di seluruh wilayah menjaga stabilitas harga dan inflasi sehingga masih dalam taraf stabil.

Selain kenaikan harga, tak dapat dimungkiri kemungkinan nilai tukar rupiah akan melemah yang dipicu oleh investor yang merasa tidak aman dengan kondisi ekonomi global sehingga menarik saham atau investasi mereka.

Inilah pentingnya menjaga stabilitas harga untuk menjaga inflasi tetap terkendali. Stabilitas harga penting dijaga karena berdampak positif pada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Upaya lain yang dilakukan adalah menjaga ketahanan pangan.

Produksi pangan strategis (padi, jagung, kedelai) sejauh ini tercatat meningkat. Data tahun 2022 menunjukkan produksi padi naik sebesar 2,31% dan produksi beras meningkat sebesar 2,29% dibanding pada 2021.

Indonesia tetap optimistis dengan situasi menghadapi resesi ekonomi, namun tidak semata-mata optimistis saja. Indonesia tetap harus menerapkan berbagai terobosan dan strategi yang tepat guna mengantisipasi kekhawatiran menghadapi isu resesi pada 2023 mendatang.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 5 Desember 2022. Penulis adalah Statistisi Muda Badan Pusat Statistik Kabupaten Kendal, Provinsi Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya