SOLOPOS.COM - Webinar Outlook Sektoral 2023: Momentum Wujudkan Kemandirian Pangan, yang digelar Solopos Media Group (SMG) didukung Epson, Taman Rekreasi Saloka, Prima Food, dan Phapros, Selasa (7/2/2023). (Istimewa).

Solopo.com SOLO — Sumber daya genetik (SDG) disebut sebagai kunci penting dalam mendorong kemandirian pangan nasional. Terlebih Indonesia memiliki potensi besar dalam hal SDG dibanding negara-negara lain.

Kepala Pusat Riset Peternakan, Organisasi Riset Pertanian dan Pangan Badan Riset Inovasi nasional (BRIN), Tri Puji Priyatno, menyebut kemandirian pangan menjadi hal yang sangat penting.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebab hal itu menyangkut keberlangsungan hidup masyarakat. bahkan menurutnya jika masalah ini tidak tertangani dengan baik, atau sampai salah langkah, akan menimbulkan malapetaka.

Sebagai sebuah negara, Indonesia harus mampu mencukupi kebutuhan pangan secara mandiri. Dengan begitu tidak tergantung dengan impor dan tekanan global.

Tri menyebutkan untuk mendukung ketahanan pangan itu, Indonesia telah diuntungkan dengan adanya SDG.

“Kunci penting kemandirian pangan kita sebenarnya adalah sumber daya genetik. Kita memiliki keunggulan komparatif dari sisi genetic,” kata dia dalam Webinar Outlook Sektoral 2023: Momentum Wujudkan Kemandirian Pangan, yang digelar Solopos Media Group (SMG) didukung Epson, Taman Rekreasi Saloka, Prima Food, dan Phapros, Selasa (7/2/2023).

Disebutkan, SDG menjadi salah satu material untuk menghasilkan varietas atau bibit ungggul baru yang dapat dikembangkan petani atau masyarakat.

Selain bibit unggul itu bisa didapatkan langsung dari SDG, juga bisa didapatkan melalui proses pemuliaan tanaman. Dengan begitu varietas didapatkan benar-benar unggul dan bisa bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

“Ketersediaan sumber daya genetik secara alami sudah tersedia. Kita menjadi salah satu negara yang memiliki kekayaan sumber daya genetik yang sangat luas,” lanjut dia. Dengan begitu Indonesia sebenarnya telah memiliki modal kuat untuk mencapai kemandirian pangan.

Namun hal itu tetap harus diimbangi dengan penguasaan teknologi. Sebab SDG tanpa penguasaan teknologi, juga berpeluang untuk menjadikan Indonesia ketinggalan dalam upaya pemanfaatan material genetik tersebut.

“Oleh karena itu di BRIN, kami tengah gencar melakukan analisis untuk material genetik yang kita miliki,” lanjut dia.

Saat ini BRIN juga sudah mengoleksi material genetik dan telah disimpan di bank gen yang ada di Kementerian Pertanian. Koleksi tersebut sangat dibutuhkan untuk menghasilkan varietas-varietas unggul dari yang kini telah berkembang di masyaralat.

Dicontohkan, saat ini pihaknya telah mengantongi sekitar 4.210 aksesi untuk komoditas padi yang berasal dari seluruh Indonesia.

Termasuk padi-padi liar yang berasal dari Papua, Kalimantan, Sulawesi dan sebagainya. Ada pula ubi jalar yang jumlahnya sekitar 2.078 aksesi.

Meski ubi jalar aslinya bukan berasal dari Indonesia, namun sekarang sudah berkembang luas di Indonesia dan menurutnya Indonesia telah menjadi salah satu pusat keragaman ubi jalar di dunia.

Bukan hanya dari rumpun tanaman, Tri mengatakan saat ini pihaknya juga telah memiliki koleksi untuk jenis hewan ternak, seperti sapi. Mulai dari sapi Bali, sapi Madura, sapi Sumbawa, PO, sapi Aceh, sapi pesisir, Sumbawa ongole, dan pasundan.

Menurutnya sapi-sapi lokal tersebut justru memiliki tingkat ketahanan yang lebih baik terhadap serangan penyakit dibandingkan jenis-jenis lainnya.

“Ini tentunya menjadi andalan untuk dikembangkan sebagai sumber penghasilan daging nasional yang sampai sekarang masih ada impor,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya