SOLOPOS.COM - Peluncuran 4G LTE XL (Okezone)

Operator seluler XL Axiata dan Indosat Ooredoo bergabung demi memenangi tender Palapa Ring.

Solopos.com, JAKARTA — Operator seluler lokal XL Axiata dan Indosat Ooredoo selama ini bersaing sengit di industri telekomunikasi seluler. Namun, demi memenangi tender Palapa Ring, dua operator itu harus menepikan ego sejenak dan menggalang kekuatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dikutip dari Detik, Sabtu (21/11/2015), satu perusahaan lainnya yang masuk dalam konsorsium XL-Indosat tersebut adalah PT Alita Praya Mitra. XL akan menduduki posisi lead consortium, Indosat co-lead consortium sedangkan Alita sebagai member consortium.

Presiden Direktur XL, Axiata Dian Siswarini, mengungkapkan, pihaknya kini tinggal menunggu Request For Proposal (RFP) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) yang akan keluar Senin (23/11/2015).

“Jadi tahap yang sudah kami lalui di Palapa Ring ini adalah pra kualifikasi, selanjutnya pembentukan konsorsium itu juga sudah oke dan sudah mendapatkan persetujuan. Sekarang tinggal menunggu RFP dari pemerintah. Karena sebelum kita tahu RFP-nya untuk tahu detail project ini, kita belum bisa memperkirakan bagaimana business model dan sebagainya,” jelas Dian.

Konsorsium peserta tender Palapa Ring sendiri harus ada pemain lokal. Anggota lainnya harus memiliki kemampuan mengoperasikan jaringan.

“Ini kan high profile project, dengan struktur seperti ini baru kali pertama, jadi harus serius, sinergi dan complimentary,” lanjut Dian.

Pemerintah sendiri tidak mewajibkan peserta tender untuk membuat konsorsium. Apabila ada yang membentuk konsorsium harus bisa bersinergi dalam jangka waktu yang lama, 15 tahun.

“Karena membuat sub marine cable ini bukan pekerjaan mudah, makanya kita perlu partner. Selain itu susah juga kita harus mengoperasikannya sendiri, apalagi di pulau-pulau terpencil, yang mungkin mendengar namanya saja kita belum pernah, power dan infrastruktur yang lain juga belum tentu ada. Jadi akan lebih mudah jika kita membuat konsorsium,” Dian menjelaskan.

Tender Pelapa Ring ini disebut Dian lebih menjanjikan. Sebab ada penjamin untuk investasi yang telah dikeluarkan. Jadi misalkan pemerintah berubah pikiran atau dana USO tak keluar-keluar maka ada penjamin.

“Jadi badan usaha yang dibentuk konsorsium ini akan tetap mendapat pembayaran. Optimisis tiga paket itu akan dimenangi. Ini kan salah satu persoalan negara, jadi kita harus turut serta. Demi merah putih,” tandasnya.

Dalam tender Palapa Ring, pemerintah berencana untuk membuka akses di sekitar 56.000 kota kabupaten yang masih terisolir jaringan broadband serat optik. ?”Nanti tendernya ada di barat Natuna, tengah Miangas, Maluku utara. Sedangkan daerah lain akan dilakukan oleh operator. Semua harus selesai 2018?,” kata Menkominfo Rudiantara.

Dari delapan perusahaan yang telah lolos tahap prakualifikasi proyek pembangunan backbone serat optik senilai US$230,64 juta atau lebih dari Rp3 triliun itu, ?tiga di antaranya merupakan operator telekomunikasi, yakni Telkom, Indosat, dan XL Axiata.

Selain itu, ada beberapa konsorsium gabungan beberapa perusahaan. Delapan perusahaan yang lolos tersebut dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan pembagian tiga paket proyek Palapa Ring jilid dua, yakni Paket Barat, Paket Tengah dan Paket Timur.

Pada paket Barat yang mencakup lima kabupaten/kota di Indonesia Barat dengan bentangan serat optik di laut sepanjang 1.122 km dan diestimasi menelan biaya sebesar US$40,39 juta atau Rp547 miliar

Pada paket Tengah yang meliputi 17 kabupaten/kota di Indonesia bagian barat dengan bentangan serat optik di darat serta laut sepanjang 1.676 KM, diestimasi akan menelan dana US$47,08 juta atau Rp647 miliar.

Terakhir pada paket Timur yang meliputi 35 kabupaten/kota di wilayah timur sepanjang 5.681 KM di laut dan darat dengan perkiraan proyek US$143,18 juta atau Rp1,9 triliun.

Penyelenggara Palapa Ring nantinya ditargetkan dapat menyediakan kecepatan akses minimal 20 Mbps di perkotaan dan 10 Mbps di pedesaan.

Proyek Palapa Ring akan dikerjakan melalui skema kemitraan pemerintah dengan badan usaha (KPBU) berdasarkan Perpres No. 38/2015 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur.

Sebelumnya, dikutip dari Wikipedia.org, Sabtu,  proyek Palapa Ring dimulai dengan penandatangan hasil konsorsium untuk pembangunan jaringan serat optik di Kawasan Indonesia Timur (KIT) pada 5 Juli 2007 oleh tujuh operator telekomunikasi.

Perusahaan operator telekomunikasi yang terlibat itu PT Bakrie Telecom Tbk, PT Excelcomindo Pratama Tbk, PT Indosat Tbk, PT Infokom Elektrindo, PT Macca System Infocom, PT Powertek Utama Internusa, dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom). Pembangunan serat optik di KIT adalah sepanjang 10.000 kilometer yang dimulai tahun 2008 dan memakan biaya Rp4 triliun.

Setelah itu, tender Palapa Ring skala nasional dibuka kembali oleh pemerintah Oktober 2007 yang sebelumnya didahului oleh penyelesaian dokumen tender pada September. Setelah penandatanganan kontrak dengan para pemenang tender pada November 2007, pembangunan dilakukan pada pertengahan 2008 dan  selesai 2013.

Investasi pembangunan Palapa Ring sepenuhnya berasal dari operator telekomunikasi anggota konsorsium, tidak ada dana yang berasal dari Anggaran Pembangunan dan Belanja Negara (APBN).

Dalam proyek pembangunan Palapa Ring tersebut porsi investasi Telkom sebesar 40%, sedangkan anggota konsorsium lainnya sebesar 13,3%, kecuali satu anggota konsorsium sekitar 6,4%. Dengan penyertaan dana 40%, Telkom mendapatkan kuota kapasitas terbesar yakni setara 40 Gbps dari total kapasitas Palapa Ring sekitar 85 Gbps.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya