SOLOPOS.COM - persama.unisri.ac.id

Qodri Rahmanto (Espos/Adib Muttaqin Asfar)

Keterbatasan jangkauan media cetak bukanlah satu-satunya alasan bagi pers mahasiswa untuk memasuki dunia maya. Ada juga yang memilih media online karena alasan efisiensi dan keterbatasan dana. Maklum, dengan modal uang beberapa ratus ribu rupiah saja siapapun bisa membangun sebuah media online.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal ini pula yang dilakukan oleh LPM Apresiasi, pers mahasiswa yang berbasis di kampus Universitas Slamet Riyadi Solo. Keterbatasan fasilitas dana yang diberikan oleh pengelola universitas membuat mereka banting setir membuat media baru. Karena cetak dianggap mahal, seluruh produk jurnalistik mereka dialihkan dari cetak menjadi berita online.

“Belum lama kami beralih ke online, tepatnya setelah peringatan Hari Pers Nasional terakhir,” kata Pemimpin Redaksi LPM Apresiasi, Relik Sofyan Putra, Minggu (20/5) lalu.

“Ini untuk efisiensi saja daripada harus nunggu cetak.”

Sebelum itu LPM ini menerbitkan tulisan-tulisan mereka melalui dua jenis media cetak, yaitu buletin dan majalah. Mereka mencetak dalam jumlah yang lumayan banyak, yaitu 400-500 eksemplar untuk buletin dan 200 eksemplar untuk majalah sekali terbit. Karena terbatasnya dana untuk cetak, buletin biasanya hanya terbit sebulan sekali dan majalah terbit sekali dalam setahun. Maklum saja biaya cetak yang harus dikeluarkan sangat mahal bagi mereka, yaitu Rp2 juta untuk sekali menerbitkan majalah.

Karena itulah biasanya dana mereka nyaris habis untuk menerbitkan media buletin dan majalah setiap tahun. Padahal sebagai organisasi, mereka butuh banyak hal selain untuk biaya cetak, seperti perekrutan dan pelatihan anggota hingga biaya operasional. Di tengah-tengah maraknya media online baru, mereka pun berusaha masuk sebagai pendatang baru meskipun dengan banyak keterbatasan.

“Kami pakai website-nya kampus, jadi sub di dalam web unisri.ac.id. Jadi kami tidak perlu mengeluarkan biaya apapun,” katanya.

Karena masuk di bawah situs web kampus, mereka harus merelakan nama LPM mereka tidak tercantum pada nama situs mereka yang bernama persma.unisri.ac.id.

persama.unisri.ac.id

Namun dengan keterbatasan fasilitas tersebut, para awak redaksi masih tetap berusaha menghidupi media baru mereka. Mereka selalu melakukan update konten setiap tiga hari sekali. Sebagai media kampus, kebanyakan kontennya memang informasi seputar kampus. Selain itu, terkadang mereka juga keluar dari kampus untuk mengangkat informasi yang masih terkait dengan pendidikan di perguruan tinggi.

“Kalau ada anggota yang ikut seminar di suatu tempat, mereka bikin laporannya. Pokoknya apa saja yang ditemui tentang pendidikan kampus, mereka bikin tulisannya.”

Karena cukup sering diperbarui, situs mereka cukup banyak mendapatkan kunjungan. Relik mengklaim media mereka dikunjungi 50-100 orang per hari dan total kunjungannya sudah mencapai angka 12.000.

Dengan media baru ini, mereka bisa menghemat anggaran jutaan rupiah karena tidak perlu mengeluarkan biaya cetak. Dari penghematan tersebut, dana yang ada mereka manfaatkan untuk kepentingan lain seperti membiayai pelatihan, diskusi dan workshop untuk peningkatan kemampuan anggota. Hal ini merupakan sesuatu yang sulit dilakukan jika masih terbebani biaya cetak.

“Sekarang kendalanya di SDM, banyak anggota yang masih malas apalagi saat ujian,” kata mahasiswa FKIP Bahasa Inggris 2010 ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya