Pada 3 Februari 1945 sekitar 1.000 pesawat pembom berat B-17 dari Angkatan Udara ke-8 (Eighth Air Force) pasukan Sekutu menyerang jaringan kereta api di Ibukota Jerman, Berlin, karena ada laporan pasukan Jerman menggunakan kereta api untuk menuju front timur, menghadapi pasukan Uni Soviet yang bersiap melakukan serangan akhir ke Berlin.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Letjen James Doolittle, Panglima Eighth Air Force, sebenarnya keberatan dengan rencana serangan bom besar-besaran ini yang menyasar kawasan pusat kota, namun dia tak bisa membantah perintah KSAU AS Jenderal Carl Spaatz dan panglima tertinggi Sekutu, Jenderal Dwight Eisenhower. Eisenhower dan Spaatz berpendapat serangan besar-besaran ke Berlin ini memiliki nilai politis yang tinggi karena membantu persiapan serangan Soviet di wilayah Oder, timur Berlin.
Serangan bom yang terjadi begitu dahsyat sehingga kebakaran yang diakibatkannya menyebar ke wilayah timur dan terus berkobar selama empat hari hingga semua benda yang bisa terbakar akhirnya habis, dan api mencapai tempat yang tak bisa dilalui seperti padang rumput atau sungai. Korban jiwa mencapai 2.894 orang, sementara korban luka mencapai 20.000-an orang, dan 120.000 orang lainnya kehilangan tempat tinggal.