SOLOPOS.COM - Norodom Sihanouk (wikipedia.org)

Norodom Sihanouk (wikipedia.org)

Preah Bat Samdech Preah Norodom Sihanouk Varman (31 Oktober 1922 – 15 Oktober 2012) merupakan mantan Raja Kamboja. Setelah turun tahta pada 7 Oktober 2004 ia mengambil gelar “Raja-Ayah”.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ia dilahirkan di Phnom Penh, putra Pangeran Norodom Suramarit dan Putri Sisowath Kossamak. Sepanjang sejarah Kamboja yang berkecamuk, Sihanouk memegang banyak jabatan sehingga Guinness Book of World Records mencatatnya sebagai ahli politik dengan jabatan politik terbanyak.

Jabatan itu termasuk dua periode sebagai raja, satu periode sebagai presiden, dua periode sebagai perdana menteri dan satu periode sebagai kepala negara tanpa gelaran di Kamboja, termasuk pelbagai jabatan sebagai ketua dalam pemerintahan selama pengasingannya.

Ketika Sihanouk lahir, Kerajaan Kamboja berstatus sebagai protektorat Prancis dan menjadi bagian dari koloni Indochina Prancis. Saat kakek dari ibundanya, Raja Sisowath Monivong, meninggal pada 23 April 1941, Dewan Mahkota melantik Pangeran Sihanouk sebagai Raja Kamboja dan dinobatkan pada September 1941.

Selepas Perang Dunia II dan pada awal 1950-an, politik Raja Sihanouk cenderung ke arah nasionalis dan mulai menyuarakan tuntutan agar Prancis memberikan kemerdekaan serta keluar dari Kamboja. Namun dia bersikap hati-hati agar tidak terjadi pertumpahan darah seperti di Vietnam.

Sihanouk “membuang diri” ke Thailand pada 1952 dan tidak kembali sampai kemerdekaan diberikan. Ia kembali saat permintaannya terkabul dan negaranya diberikan kemerdekaan pada 9 November 1953.

Pada 2 Maret 1955, Sihanouk memutuskan turun tahta dan terjun langsung ke ranah politik dengan mendirikan gerakan Sangkum Reastr Niyum (Komunitas Sosialis Populer), untuk menyatukan berbagai macam faksi politik. Gerakan Sangkum berhasil memenangkan pemilu legislatif 1955 dan Sihanouk pun menjadi Perdana Menteri beberapa bulan kemudian.

Sihanouk juga menghadiri Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada April 1955 dan dikenal akrab dengan Presiden Soekarno. Ketika Perang Vietnam berceramuk, Sihanouk mencoba menetapkan Kamboja sebagai negara netral atau non-blok.

Pada Maret 1970, ketika berada di Moskow, terjadi kudeta pimpinan Lon Nol. Setelah kudeta, sistem kerajaan dihapuskan dan Republik Khmer pro-Amerika Serikat didirikan.

Sihanouk melarikan diri ke Beijing dan menyusun pasukan untuk menentang pemerintahan Lon Nol di Phnom Penh, bahkan sempat mendukung dan bersekutu dengan Khmer Merah pimpinan Pol Pot. Pada 1971 Sihanouk mencari suaka politik di Republik Rakyat Tiongkok dan Korea Utara.

Sihanouk kembali ke Kamboja pada 14 November 1991 setelah 13 tahun dalam pengungsian. Pada 1993, Norodom Sihanouk dilantik kembali sebagai Raja Kamboja.

Semenjak kepulangannya dari pengungsian dan menjabat sebagai Raja Kamboja, kesehatannya terganggu dan banyak rumor dirinya akan turun tahta. Sepanjang awal 2004, ia berulang kali ke Beijing untuk mendapatkan perawatan kesehatan.

Raja Sihanouk kembali mengasingkan diri pada Januari 2004, menetap di Pyongyang, Korea Utara, dan Beijing, kemudian mengumumkan pengunduran diri dari tahtanya pada 7 Oktober 2004. Sihanouk meninggal setelah serangan jantung di Beijing pada 15 Oktober 2012 di usia 89.

Jenazah Sihanouk untuk pemakaman di Istana Kerajaan Kamboja.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya