SOLOPOS.COM - Suasana Pantai Parangtritis saat hari libur Natal, Sabtu (25/12/2021). (Harian Jogja/Catur Dwi Janati)

Solopos.com, BANTUL — Pantai Parangtritis, Kabupaten Bantul, DIY, merupakan daya tarik wisata di Jogja. Ombak besar dengan pantai berpasir tanpa karang menjadikan tempat ini sebagai destinasi favorit di Jogja.

Ombak yang tinggi dan besar di Pantai Parangtritis ini memikat peselancar di dunia. Gulungan ombak Samudra Hindia itu menjadi tantangan bagi para peselancar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemandangan tebing bebatuan yang indah dan kehangatan pasir pantai membuat Parangtritis menjadi destinasi favorit. Bukan hanya wisatawan lokal, tetapi juga peselancar profesional datang ke sana untuk menaklukkan gulungan ombak Samudra Hindia itu.

Baca juga: Parangtritis Masih Jadi Favorit Wisatawan Habiskan Malam Tahun Baru

Meskipun demikian, ombak di pantai tersebut juga dikenal mematikan. Sudah banyak kejadian wisatawan meninggal dunia akibat terseret ombak yang tingginya lebih dari dua meter. Berdasarkan mitos yang berkembang di masyarakat, hilangnya wisatawan yang terseret ombak dikaitkan dengan sosok mitologi Nyi Roro Kidul. Padahal sebenarnya kejadian itu bisa dijelaskan secara ilmiah.

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian, hal tersebut disebabkan oleh fenomena rip current atau ombak mematikan yang sering terjadi di Pantai Parangtritis. Ombak ini disebut juga sebagai ombak penarik manusia.

Ombak Penarik Manusia di Pantai Parangtritis

Rip current adalah arus yang bergerak dari pantai menuju ke laut yang dapat terjadi setiap hari dengan kondisi bervariasi mulai dari kecil, pelan dan tidak berbahaya, sampai arus yang dapat menyeret orang ke tengah laut. Hal ini terjadi akibat hubungan antara gelombang yang datang menuju pantai dan kondisi morfologi pantai (NOAA, 2005). Rip current terkonsentrasi melewati jalur sempit (rip chanel) yang mengalir kuat kearah laut dari zona hempasan melintasi gelombang pecah hingga ada di laut lepas-pantai (Sunarto, 2003).

Baca juga: Tak Cuma di Pantai Glagah, Lebeng Ada di Sepanjang Pantai Selatan Jogja

Dikutip dari situs BMKG, Minggu (9/1/2022), kemunculan rip current atau lebeng dalam bahasa masyarakat lokal tidak bisa diprediksi. Oleh sebab itu wisatawan yang berkunjung ke pantai kawasan Jogja diminta selalu waspada.

Memperhatikan permukaan laut menjadi kunci untuk menghindari ombak mematikan. Jika permukaan laut terlihat lebih tenang, maka bisa saja sedang terjadi rip current. Begitu juga jika ombak yang datang warnanya lebih keruh, akibar arus yang sangat kuat.

Baca juga: Waspada Rip Current, Ombak Penarik Manusia di Pantai Glagah

Hasil penelitian yang dipublikasikan di Jurnal Oseanografi 2015 menyebutkan fenomena lebeng lebih dominan terjadi di pantai Jogja yang berada di kawasan Kulon Progo dan Bantul. Sementara lebeng di pantai Gunung Kidul cenderung lebih sedikit. Kecepatan rip current berbanding lurus dengan kemiringan pantai (slope).

Hasil penelitian tersebut menjelaskan alasan mengapa ombak di Pantai Glagah, Parangtritis, serta Parangkusumo lebih ganas daripada pantai wisata lain di Jogja. Mengingat bahaya lebeng yang bisa terjadi sewaktu-waktu yang tidak dapat diprediksi secara pasti, maka wisatawan di pantai Jogja wajib hati-hati. Selama ini sudah banyak cerita tentang wisatawan terseret ombak besar di kawasan wisata pantai tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya