SOLOPOS.COM - Suasana pertunjukan catur

Grand Master (GM) Utut Adianto memainkan catur buta dihadapan anak-anak.

Mungkin tak banyak anak usia SD yang mengenal nama Grand Master (GM) Utut Adianto yang kondang karena melanglang buana sebagai pecatur mahir. Namun, pertunjukkan bermain catur buta oleh sang ahli selalu menjadi suguhan menakjubkan apalagi bagi ribuan anak-anak ini. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Sekar Langit Nariswari.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Tenda berwarna jingga terhampar di lapangan rumput di depan SDN Sendang Sari, Mrunggi, Sendangsari, Pengasih, Kulonprogo sejak pagi hari, Kamis(28/7). Di bawah naungannya, ribuan anak dari 13 SD duduk sembari mengudap camilan yang dibagikan kepada mereka. Pandangan anak-anak ini lurus menatap ke arah panggung di mana sedang disusun sebuah papan catur yang berwarna hijau putih.

Sembari perlengkapan catur disusun, sang pembaca acara pun lantang mengumumkan bahwa akan ada pertandingan catur yang khusus dilakoni oleh GM Utut Adianto. Meski nama kondang itu disebut dan berjalan naik ke panggung, anak-anak ini bergeming tak terkesan sedikit pun. Maklum, pria yang menjadi grand master di usianya yang ke-21 tahun ini mungkin bukan nama yang familiar di kalangan bocah-bocah kelahiran awal tahun 2000 ini.

Namun kala permainan dilakukan, ribuan anak menyerbu ke tepi panggung sehingga panitia pun kewalahan mengaturnya. Anak-anak ini mendadak bergairah kala melihat bahwa sang grand master yang hari itu berkaos putih itu ternyata duduk di belakang papan catur. Dibarengi dengan narasi dari pembawa acara, pahamlah para hadirin cilik itu bahwa catur akan dilakukan tanpa melihat papan caturnya.

Sementara lawannya yang menggunakan kemeja merah hitam jelas punya keistimewaan bisa menatap papan catur dalam pertandingan itu. Lawannya ini diperkenalkan sebagai Jumariyanto yang merupakan Sekretaris Umum (Sekum) Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Cabang Kulonprogo.

Seorang pria muda, yang juga pecatur andal, GM Susanto Megaranto, berdiri di dekat papan catur tersebut untuk membantu menggerakkan bidak catur di posisi yang disebutkan oleh di pecatur. Kala permainan bergulir, semakin banyak anak yang merapat ke sisi panggung. Semuanya heran sekaligus kagum bagaimana si pria berkacamata itu mampu meladeni langkah-langkah lawannya tanpa melihat papan catur.

Terlebih lagi, pria itu tak butuh waktu lama untuk memikirkan dan mempertimbangkan langkah selanjutnya. Raut mukanya pun tenang dan tak jarang senyum terlontar bagi para penontonnya. Sebaliknya, lawannya butuh waktu lebih lama sementara di wajahnya tergambar rasa grogi dan panik. Pria yang menggunakan gips di tangan kirinya ini bahkan berulang kali meralat langkahnya untuk kemudian memberikan instruksi kembali mengenai langkahnya.

Tak butuh waktu lama, hanya sekitar 15 menit sampai kemudian Jumariyanto menyatakan kalah. Dalam 23 langkah, bidak-bidak catur berwarna coklat miliknya sudah bergelimpangan dimakan oleh strategi Utut. Gemuruh tepuk tangan kemudian terdengar dari bocah-bocah yang mengikuti pertandingan singkat ini dengan seksama.

Pertunjukkan masih berlanjut, Utut lalu mengulang kembali langkah-langkah yang dia dan lawannya ambil dalam pertandingan tersebut. Tak lupa, ia menjelaskan dengan seksama strategi serta pertimbangan langkah catur yang diambilnya kepada wajah-wajah bersemangat yang ada di hadapannya.

Eko Ardiansyah, siswa SDN Sendangsari yang ikut menyimak pertandingan tersebut mengatakan baru pertama kali melihat pertandingan catur buta ini. “Hebat sekali, berarti dia[ GM Utut Adianto] hapal semua posisi dan langkah yang diambilnya,”ujarnya kepada Harian Jogja. Ia juga mengaku kagum pada pada bapak yang bisa memenangkan pertandinan tersebut tanpa melihat dan singkat.

Eko yang mengaku biasa bermain catur dengan ayahnya ini kemudian menyebutkan bahwa ia tertarik mengikuti simulasi catur yang akan dilakukan sesaat kemudian. Simulasi ini akan dilakukan oleh GM Susanto yang menyabet gelarnya dalam usia 17 tahun melawan 20 anak sekaligus. Meski tak paham apa itu gelar grand master, Eko mengaku kagum dengan ahli catur yang ada di hadapannya itu. “Biar sekali-sekali lawannya bukan Bapak terus,”ucapnya malu-malu.

Sementara itu, GM Utut Adianto yang ditemui seusai acara mengatakan bahwa acara ini menjadi suatu cara menjaring bibit pecatur dari berbagai daerah. Ia menegaskan bahwa catur merupakan olahraga yang relatif murah karena tidak memerlukan peralatan khusus ataupun kegiatan berat. “Hanya perlu rajin berlatih untuk meningkatkan kemampuan, tidak perlu dari strata sosial tertentu,”tegas pria asal Gunung Kidul ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya