SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Rachman/JIBI/SOLOPOS)

Ilustrasi (Rachman/JIBI/SOLOPOS)

SOLO—Okupansi rata-rata hotel di Solo (city occupancy) pada musim Lebaran tahun ini yakni H-1 hingga H+4 turun jadi 90%. Tahun-tahun sebelumnya, industri perhotelan di Kota Solo mampu mencatat okupansi hingga 100% pada saat peak season Lebaran.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut Anggota Badan Promosi Pariwisata Indonesia Solo (BPPIS), Purwanto, Lebaran tahun ini industri perhotelan di Solo baru benar-benar merasakan dampak dari bertambahnya hotel baru. Apalagi, mayoritas hotel baru yang ada di Solo buka menjelang bulan Puasa dan Lebaran.

“Lebaran tahun ini baru dirasakan dampaknya. Kalau tahun lalu, saat Lebaran hotel-hotel di Solo selalu penuh bahkan menolak banyak tamu. Tapi, tahun ini H-1 hingga H+4 Lebaran, rata-rata okupansi kota hanya 90%,” kata Purwanto, yang juga General Manager Kusuma Sahid Prince Hotel (KSPH) Solo, saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, Sabtu (8/9/2012).

Dia menyebutkan kondisi ini adalah fenomena baru di industri perhotelan Kota Solo. Dengan penambahan suplai, maka sudah bisa dipastikan ada pergeseran pada demand.  Apalagi, hotel kelas budget juga kian marak. Tentunya, hotel bintang tiga dan bintang empat menjadi kelas hotel yang paling merasakan dampaknya.

Purwanto menyampaikan pelaku pariwisata khususnya industri perhotelan, travel agent dan pemerintah harus mulai menyikapi fenomena baru ini.

“Yang jelas kami harus bersinergi bersama. Terutama pemerintah, mereka juga harus bertanggung jawab mengisi kamar-kamar hotel yang masih kosong.”

Sejumlah event yang menjadi kalender tahunan Pemerintah Kota Solo, dinilai tidak signifikan mendatangkan tamu.
“Event-event seperti SIPA, SIEM dan yang lain-lain itu masih dinikmati oleh masyarakat Solo sendiri.”

Wakil Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Abdullah Suwarno menyampaikan Solo adalah kota pariwisata yang saat ini sedang berkembang dan diikuti dengan munculnya hotel-hotel baru. Tapi, kata dia, kemunculan hotel baru di Solo justru sulit dikendalikan. Dampaknya, suplai jauh lebih banyak dari permintaan.
“Contohnya Lebaran kemarin saja banyak hotel yang tidak terisi penuh.”

Rata-rata okupansi hotel berbintang per Juli 2012, kata dia, hanya sekitar 48% atau turun dari posisi yang sama tahun lalu sebesar 58%.

“Kondisi ini sangat kontraproduktif karena hadirnya hotel baru justru menjadi bumerang bagi pelaku lama. Bahkan tahun ini, informasinya ada 13 hotel yang siap bangun dan ijinnya juga sudah keluar.”

Pihaknya berharap, pemerintah bisa meninjau kembali kebijakan mengenai pemberian izin hotel baru dan meminta Bank Indonesia (BI) Solo bisa menganalisis apa latar belakang tingginya investasi di bidang perhotelan itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya