SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO — Kalangan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Solo meragukan laporan okupansi rata-rata kota (city occupancy) 2012 yang dilaporkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo. Sementara itu, data yang dikantongi Disbudpar dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Solo tidak sama.

Kepala Disbudpar Solo, Widdi Srihanto, mengatakan rendahnya city okupansi tersebut lantaran laporan dari hotel belum sepenuhnya masuk. Ditambah lagi belum semua hotel melaporkan data okupansi sesuai dengan kenyataan. Padahal, laporan tersebut menjadi salah satu acuan dalam membuat program serta kebijakan terkait pariwisata.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Berdasarkan data Disbudpar Solo, okupansi rata-rata hotel berbintang sebesar 45,54%. Sementara okupansi rata-rata hotel melati sebesar 41,49%. Sementara berdasarkan laporan yang diterima DPRD Solo, okupansi hotel di Solo selama 2012 sebesar 55%. Kalangan dewan kemudian mempertanyakan kegiatan promosi yang dilakukan Disbudpar yang tidak dapat mendongkrak okupansi hotel tersebut.

“Pernyataan dari dewan kami terima dan menjadi cambuk masukan supaya Disbudpar agar dapat berkoordinasi dengan stakeholder lain,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Kamis (11/4/2013).

Sementara itu, ditemui pada kesempatan yang sama, Ketua PHRI Solo, Abdullah Suwarno mengatakan berdasarkan data pihaknya hingga akhir 2012 okupansi rata-rata kota untuk hotel berbintang sebesar 63%-64%. Sedangkan untuk hotel kelas melati okupansi rata-rata kota Solo mencapai 55%-56%. Berdasarkan data tersebut, maka okupansi rata-rata semua hotel sebesar 60%. Jumlah tersebut turun dari okupansi rata-rata kota pada 2011 yang sebesar 64%.

“Kami memantau setiap pekan berapa okupansi rata-rata hotel di Kota Solo. Jika memang ada perbedaan itu karena Disbudpar mencatat berdasarkan laporan yang masuk,” terangnya.

Abdullah mengaku laporan dari pihak hotel memang sulit dipantau. Hal ini membutuhkan kesadaran yang tinggi dari manajemen hotel untuk melaporkan tingkat hunian hotel sesuai kenyataan. Ia juga sepakat bahwa kegiatan promosi pariwisata tidak bisa dikaitkan sepenuhnya terhadap okupansi hotel. Pasalnya, proses promosi terutama di bidang pariwisata merupakan investasi jangka panjang yang tidak dapat dirasakan secara instan.

Ia juga menyebutkan bahwa salah satu penyebab turunnya city okupansi adalah lantaran banyaknya hotel di Kota Solo. Padahal selama ini, tingkat keterisian kamar hotel di Solo masih dipengaruhi oleh kegiatan meeting, incentive, convention, exhibition (MICE).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya