SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi kamar hotel (JIBI/Solopos/Antara)

Hotel di Solo tumbuh seiring dengan padatnya agenda MICE.

Solopos.com, SOLO — Sejumlah hotel di Solo mencatatkan pertumbuhan okupansi pada tahun ini dibandingkan tahun 2016 lalu. Kondisi itu salah satunya dipicu sektor meeting incentive convention and exhibition (MICE) yang dihelat di Kota Bengawan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

General Manager Novotel & Ibis Styles Hotel Solo, Budi Wahjono, mengatakan sepanjang 2017, Novotel mencatatkan okupansi 70% dibandingkan tahun lalu yakni 64%. Sementara di Ibis Styles Hotel Solo, okupansinya sepanjang tahun tercatat 80% dibandingkan tahun lalu sebesar 70%.

Budi menambahkan sektor MICE masih menjadi kontributor terbesar terhadap okupansi di hotel tersebut sebesar 60%. Sisanya disumbang oleh pesanan kamar melalui online travel agent (OTA), tamu walk in, biro wisata, dan lain-lain.

“Ada beberapa faktor penyebab pertumbuhan okupansi di hotel kami. Market di Solo masih didominasi MICE. Semakin banyak acara digelar di Solo, maka okupansi akan semakin bagus. Setelah itu tinggal bagaimana langkahnya untuk menangkap pasar itu,” kata dia, Rabu (27/12/2017).

Berkaitan dengan penambahan hotel di Solo tahun mendatang, Budi tetap optimistis okupansi di Novotel & Ibis Styles Hotel Solo akan stabil tinggi. “Mungkin di awal-awal [peresmian hotel baru] akan berdampak terhadap okupansi. Hal itu berkaca pada tahun-tahun sebelumnya. Mungkin para tamu akan coba-coba dulu. Tapi setelah itu para tamu akan kembali lagi ke kami,” sambung dia.

General Manager Fave Hotel Solo, Ika Florentina, mengatakan okupansi di kedua hotel Fave Hotel Solo naik dibandingkan tahun lalu. Okupansi Fave Hotel Adisucipto naik dari 49% menjadi 56% sementara okupansi Fave Hotel Solo Baru naik dari 67% menjadi 70,6%.

“Itu data hingga November. Untuk closing akhir tahun mungkin okupansi Fave Hotel Solo Baru menjadi 72%-73% sementara okupansi Fave Hotel Adisucipto menjadi 60%,” kata dia.

Dia menyebutkan sektor MICE tidak memberikan kontribusi besar bagi Fave Hotel Solo. Mayoritas tamu di kedua hotel tersebut merupakan wisatawan, keluarga, corporate fun, karyawan yang bertugas luar kota, dan lain-lain.

Ika menambahkan peningkatan okupansi di hotel tersebut tak terlepas dari promosi-promosi yang dilakukan Fave Hotel Solo di luar kota dengan membawa nama Solo. Selain itu, Fave Hotel Solo turut berpartisipasi dalam sejumlah agenda yang mempromosikan pariwisata Solo.

“Sekarang sudah mulai kelihatan [peningkatan jumlah kunjungan wisata ke Solo]. Stakeholder terkait dan pemerintah saya lihat sudah semakin intens menumbuhkan pariwisata Solo. Hasilnya memang tidak bisa dilihat dalam jangka waktu singkat,” kata dia.

Peningkatan okupansi hotel di Solo tak terlepas dari sejumlah agenda besar yang digelar di Solo. Sebagai contoh momentum Lebaran yang mendongkrak okupansi hotel di Solo menjadi 80%-100%. Lalu pernikahan putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu, dengan M. Bobby Afif Nasution yang membuat okupansi hotel di Solo 100%. Ada pula agenda nasional lain seperti Jambore Revolusi Mental, Silaturahmi Nasional Majelis Tafsir Alquran (MTA), haul, dan lain-lain yang mendongkrak okupansi hotel di Solo.

Ke depan, sejumlah hotel akan beroperasi di Solo. Sebagai contoh Hotel Dafam Kedhaton Boutique Solo, Harris and Pop! Hotel Solo, dan Swiss-Belhotel Solo. Dengan demikian, persaingan hotel-hotel di Solo akan kian ketat.

Hotel Baru di Solo

Data yang diperoleh  dari Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, terdapat 156 penginapan di Solo pada 2016 yang terdiri atas 44 hotel berbintang, 104 hotel melati, lima homestay, satu pondok wisata, satu guest house, dan satu youth house. Dari jumlah penginapan tersebut, terdapat 9.333 kamar di Solo yang memperebutkan para tamu.

Beberapa waktu lalu, CEO Azana Hotel & Resort, Dicky Sumarsono, menyebutkan persaingan hotel di Solo akan semakin ketat dengan bertambahnya hotel baru. Sementara, menurutnya pertumbuhan jumlah kamar tidak sebanding dengan pertumbuhan okupansi di Solo.

“Memang dalam waktu-waktu tertentu, hotel terbantu dengan adanya sejumlah event seperti Jokowi Mantu. Namun rata-rata pertumbuhan okupansi hanya 1% pertahun sedangkan jumlah kamar rata-rata tumbuh 10% pertahun,” kata dia kepada wartawan, 27 November lalu.

Selain itu, menurutnya setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan dalam membangun hotel di Solo. Pertama, bermain di kelas atas selalian atau di kelas bawah sekalian. Kedua, lokasi hotel yg dekat bandara, stasiun, atau terminal. Ketiga, melihat bisnis model baru yang tidak ditemukan hotel lain. Keempat, zooming atau optimalisasi bisnis perhotelan dengan melihat cakupan yang lebih luas.

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (UNS), Retno Tanding Suryandari, mengatakan Pemerintah Kota (Pemkot) Solo mungkin harus mempertimbangkan kebijakan untuk memoratorium hotel. Pasalnya, dengan bertanbahnya hotel di Solo, kue okupansi akan semakin banyak terbagi.

“Apalagi, MICE kan waktunya tertentu. Kalau bukan pertengahan tahun ya akhir tahun. Pihak hotel juga perlu mengelola agar permintaan MICE terus ada dan tidak hanya menumpuk di salah satu atau salah dua musim saja,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya