Polemik Ojek vs Gojek Solo memanas lantaran Wali Kota Solo berniat razia driver Gojek.
Solopos.com, SOLO – Perselisihan antara ojek pengkalan alias Opang vs Gojek Solo berbuntut pada rencana Pemerintah Kota (Pemkot) Solo merazia keberadaan Gojek Solo. Rencana razia ini akan dilakukan Pemkot Solo bersama kepolisian.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Kepada Solopos.com, Kamis (13/10/2016), Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo menilai kehadiran Gojek menimbulkan masalah sosial. “Sejak awal kehadirannya, kami telah menolak secara tegas agar Gojek tidak beroperasi di Kota Solo,” kata Rudy, sapaan akrabnya ketika dijumpai wartawan di ruang kerjanya.
(Baca Juga: Wali Kota Rudy: Nekat Beroperasi, Driver Gojek Dirazia)
Berita mengenai pernyataan dan niatan Wali Kota Solo itu dimuat Solopos.com dan disebar di fanpage Facebook Solopos, Kamis malam pukul 18.30 WIB. Sontak berita itu mendapat respons dari pengguna Internet (netizen). Sebagian besar komentar berisi kecaman terhadap niatan sang wali kota.
Pengguna akun Facebook Ma’ruf Sholikin sangat menyayangkan niatan sang wali kota. Menurutnya, baik gojek atau opang sama-sama warga Solo, jadi tidak seharusnya langsung dirazia. “Wong meh golek rejeki halal kok dilarang, sing ojek pangkalan dibelani wae. Iki jaman teknologi Lek, ora jaman konvensional lagi!” tulis pengguna akun Ma’ruf Sholikin.
Polemik Ojek Pangkalan vs Ojek Online:
- Buntut Pengeroyokan, Puluhan Driver Gojek Geruduk Purwosari
- Mediasi di Polresta Tak Dihadiri Ojek Pangkalan, Ini Hasilnya
- Purwosari Titik Paling Rawan Gesekan Driver Vs Opang
Ada juga netizen yang mengecam karena harga gojek jauh lebih murah dari harga opang. Pengguna akun Entty Fernando menceritakan pengalaman pribadinya menggunakan opang dari Stasiun Solo Balapan ke daerah Kampus UNS. Saat menggunakan opang dia harus membayar Rp20.000. Sedangkan di lain kesempatan dengan jarak sama, gojek hanya mengenakan tarif Rp10.000.
“Ojek mangkal larang ngaranku soko balapan mg UNS ae numpak ojek mangkal iso 20 ewu soyo sg ga iso ngenyang mg iso pasrah tok lha nk gojek i mg 10 ewu tok kacek.e ws setengah dewe,” tulis pengguna akun Entty Fernando.
Di tengah-tengan gempuran komentar yang mengecam wali kota, ada juga netizen yang bercanda. “Ganti Guyon wae Ndan Catur Hardiyanto yen Go-Jek dilarang… hahahaha,” tulis pengguna akun Ferry Hendrarto. Netizen tersebut merujuk pada kata gojek dan guyon yang dalam bahasa Jawa berarti bercanda.
Baca Juga:
- Pascapengeroyokan Driver Gojek, Ojek Purwosari Tak Berani Mangkal
- Dijebak Customer Palsu, Driver Go-Jek Dianiaya di Purwosari Solo
Hingga Kamis malam pukul 21.25 WI berita itu sudah direspons oleh lebih dari 140 netizen, dibagikan sebanyak 37 kali, dan mendapat 106 komentar. Mau tahu seperti apa saja komentarnya? Langsung kunjungi fanpage Facebook Solopos.
(Muhammad Rizal Fikri/JIBI/Solopos.com)